Seperti halnya juga ketika SMA keduanya melanjutkan ke negeri. Â Merekapun tetap menikmati masa sekolahnya meski dengan suasana yang berbeda. Â Salah satu penyebabnya adalah karena rasa suka belajar itu sudah tumbuh sejak dini. Â Sebagai orang tua, peran saya adalah selain menumbuhkan minat baca, juga menanamkan disiplin belajar dan menumbuhkan mimpi. Â Mimpi inilah yang mereka perjuangkan tanpa paksaan. Â Sebab minat itu sudah tumbuh seiring masa bersekolah mereka melalui mata pelajaran selama ini. Singkat cerita, puji Tuhan membawa keduanya diterima di PTN terbaik di negeri ini melalui UTBK.
Termasuk si bungsu yang kini kuliah dan juga mengajar sebagai guru bimbel tersebut. Â Dirinya adalah korban dari dihilangkannya UN secara mendadak dipenghujung kelas 9, atau SMP kelas akhir. Â Padahal sejak kelas 7 dirinya telah belajar sungguh demi mendapatkan nilai UN terbaik. Â Kemauan itu lahir tanpa paksaan. Â Tetapi karena kesadaran memperjuangkan masa depan agar diterima di SMA negeri terbaik.
Artinya, UN janganlah hanya dipandang hanya menyoal nilai semata. Â Melainkan cobalah juga melihatnya sebagai satuan ukur kemampuan setiap individu, di dalam hal ini anak sebagai peserta didik. Â Apakah kita akan membiarkan dunia pendidikan meluluskan peserta didik yang mentah, yang kosong? Â Lalu, apakah kita akan mematikan motivasi dan daya juang anak dengan "pembenaran" nanti stress?
Sementara di kehidupan nyata tidak ada yang mudah diraih! Â Segala hal perlu diperjuangkan, perlu daya juang! Â Hanya yang pantas, dan mampu yang bisa bertahan nantinya. Â Jika bukan diri sendiri yang peduli pada masa depannya, lalu siapa? Â Apakah kita mau melahirkan generasi yang apatis? Â Terperdaya dengan khayalan kemudahan yang disajikan di medsos? Â Padahal dunia semakin kompetitif. Â Lalu Indonesia akan berakhir bagaimana nantinya jika generasinya apatis.
Akhirnya, secara pribadi saya setuju UN kembali digelar. Â Semata karena kekhawatiran terhadap kualitas pendidikan di negeri ini. Â Serta kualitas akademik generasi saat ini. Â Padahal merekalah pemegang tongkat estafet kepemimpinan negeri ini nantinya yang harus siap berkompetisi secara global.Â
Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H