Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gagal Paham Gubernur NTT Mengartikan Pendidikan

3 Maret 2023   03:46 Diperbarui: 3 Maret 2023   04:03 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia pendidikan dibuat heboh oleh Gubernur NTT, Viktor Laiskodat yang meminta agar siswa SMA masuk sekolah pukul 05.00 WITA.  Menurutnya diharapkan ini akan mengejar ketertinggalan mutu pendidikan nantinya.

"Anak itu harus dibiasakan bangun pukul 04.00 WITA. Pukul 04.30 WITA, mereka sudah harus jalan ke sekolah sehingga pukul 05.00 WITA sudah harus di sekolah. Supaya apa? Itu etos kerja,"  Dikutip dari: cnnindonesia.com

Ehhmm...sebagai orang tua, sekaligus pastinya pernah mengalami masa sekolah, saya prihatin dengan ide brilliant beliau.  Terlebih ketika Pak Gubernur ini juga mengatakan keprihatinannya karena sudah 50 persen Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk pendidikan.  Tetapi rupanya para siswa di daerahnya masih kesulitan menembus Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama yang menurut versinya sekelas UI, UGM, hingga ITS

"50 persen APBD NTT ada di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan," kata Viktor melalui unggahan video di akun Instagram @viktorbungtilulaiskodat pada Selasa (28/2).  Dikutip dari: cnnindonesia.com

Wowww....jujur ini ngeri sedap cara pandangnya.  Sebab ketika kita membicarakan pendidikan, yang dalam hal ini sekolah.  Tentunya kita tidak sedang membahas mencetak robot, atau bahkan memenjarakan anak-anak untuk dicetak menjadi robot.

Bukankah hakikat pendidikan adalah proses pembelajaran sebagai upaya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dengan interaksi yang menghasilkan pengalaman belajar.  Pertanyaannya sekarang, pengalaman belajar yang bagaimana akan dihasilkan jika anak-anak dipaksakan berada di sekolah pukul 5 pagi, yang notabene masih dini hari.

Baiklah saya berbagi pengalaman ketika saya masih bocah.  Kebetulan saya bersekolah di sekolah favorit di daerah Lapangan Banteng Jakarta yang kedisiplinannya tingkat dewa menurut versi saya. Jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh, dan saya harus melewati beberapa titik macet.  Bayangkan, ada dua pasar, dan 1 sekolah sumber kemacetan yang harus saya antisipasi setiap pagi.   Ini artinya, saya harus meninggalkan rumah jauh lebih cepat.  Konsekuensinya saya sarapan dan menyempatkan tidur di mobil yang mengantar.  Inilah yang terjadi tahun demi tahun.

Namun apes, satu hari ban mobil kempes dan berujung saya telat ke sekolah.  Apakah bisa dimaklumi?  Hahah...sama sekali tidak!  Baik Kepala Sekolah dan Suster (Biarawati) tidak mau menerima alasan ban mobil tertusuk paku.  Bagi mereka, saya telat dan harus dihukum.

Menyebalkan, dan tidak adil memang bagi saya yang berpikir sebagai bocah.  Tetapi inilah bagian dari kedisplinan yang mereka tanamkan.  Memang ketika itu saya masuk sekolah masih pukul 06.30 WIB.  Namun karena jarak, maka saya harus bangun, dan berangkat dini hari.  Lalu bagaimana kira-kira perasaan saya, jawabannya melelahkan sangat!

Tragisnya, sebagaimana umumnya sekolah di negeri ini, maka mau dunia runtuh sekalipun sedikit guru yang peduli perasaan peserta didiknya.  Senin hingga Jumat isinya rutinitas, guru mengajar dan murid mendengarkan.  Guru memberikan tugas, dan murid mengerjakan.  Selesai satu bab, lanjut ulangan, demikian dan demikian seterusnya.  Jujur, bisa dihitung tidak sampai 5 jari menemukan guru yang asyik.

Miris, nyaris tidak terpikirkan apakah dunia pendidikan sudah benar-benar mendidik?  Apakah anak-anak bahagia ketika belajar?  Sudahkah menghasilkan generasi yang menemukan minat dan bakatnya?  Atau hanya menghasilkan lulusan 100 persen dengan nilai-nilai tinggi sundul langit.

Padahal nilai hanyalah sebuah angka.  Tidak mencerminkan kwalitas seseorang yang notabene makhluk hidup.  Jadi seharusnya tidak perlulah menjadikan Pak Gubernur NTT puyeng karena belum ada putra dan putri daerahnya duduk di bangku PTN favorit.  Hingga kalap menerapkan masuk sekolah pukul 5 pagi?  Sekali lagi, pendidikan tidak untuk mencetak robot!  Kita pun mengharapkan generasi yang meneruskan negeri ini menikmati bangku sekolah sebagai bagian yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga membentuk karakternya, dan tempat anak menemukan minat serta bakatnya.

Naif kok standar mutu pendidikan dikaitkan dengan jam sekolah.  Sementara dunia mengenal Denmark dan Filandia sebagai dua negara dengan jam belajar singkat, masuk lebih siang bahkan.  Tetapi terbukti mampu menghasilkan generasi yang mumpuni.

Mengutip liputan6.com demikian rangkuman yang menjadikan pendidikan Filandia berhasil terbaik kedua di dunia sekalipun masuk sekolah pukul 09.00 pagi, yaitu:

  • Standar tinggi Guru sebagai tenaga pengajar.  Di mana setidaknya guru diharuskan memiliki gelar master sebelum akhirnya bisa mengajar.

  • Terapkan kerjasama, bukan kompetisi.  Di mana Filandia tidak mengenal daftar sekolah atau guru dengan kinerja terbaik di negara tersebut.

  • Masuk sekolah pukul 09.00 pagi hingga 14.00 siang, sebab berdasarkan penelitian diyakini masuk lebih awal menimbulkan dampak negatif terhadap kesejahteraan dan kesehatan siswa.

  • Lebih sedikit pekerjaan rumah.  Adapun pertimbangannya keseimbangan antara pendidikan dengan aspek kehidupan lainnya.  Agar di luar jam sekolah, anak tetap dapat menikmati dan menemukan minat serta bakatnya.

  • Guru yang tetap.  Di mana peserta didik akan diajarkan oleh guru yang sama selama masa sekolah.  Semisalnya, di jenjang SMA selama 3 tahun akan diajarkan oleh guru yang sama untuk setiap mata pelajarannya hingga lulus.

  • Belajar sambil bermain, sistem ini diterapkan di jenjang pra-sekolah.

  • Menegaskan dasar pendidikan.  Adapun yang dimaksud adalah pendidikan bukan tentang mendominasi dengan nilai bagus atau menjadi juara kelas.  Sebaliknya, mereka berupaya membuat lingkungan sekolah menjadi tempat yang lebih adil.  Artinya, peserta didik tidak semata hafal, tetapi juga mengerti dan paham.

Sebenarnya kegalauan yang dirasakan oleh Gurbenur NTT ini bisa dikatakan potret pendidikan di republik ini.  Katakanlah bukan menyoal masuk dini hari saja.  Tetapi, apakah sebenarnya sekolah dan para tenaga pengajar sudah mampu menghadirkan kondisi belajar dan mengajar yang asyik alias tidak monoton.  Harus saya katakan, masih butuh perjuangan panjang.

Ironis, lihat saja sejauh mana anak-anak di zaman now tahu apa cita-citanya.  Buktinya, kondisi yang sedang berjalan sekarang ini masih banyak anak SMA kelas akhir bingung mau melanjutkan kemana.  Jangankan universitas yang ditujunya, sedangkan mau jurusan apa saja masih cukup banyak yang ikut teman.

Artinya, bukan jam bersekolah yang jadi persoalan!  Melainkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan murid, dan mungkin juga sarana dan prasarana di sekolah.  Bahkan seharusnya sekolah bisa menjadi rumah kedua peserta didik.  Demikian juga guru bisa menjadi orang tua ataupun "teman" bagi peserta didik.

Baiklah, kini pengalaman saya yang telah menjadi orang tua mungkin bisa jadi pertimbangan.  Di mana kedua anak saya sangat menikmati masa TK hingga SMP mereka.  Begitu menikmati hingga sulit untuk saya menjemput mereka pulang.  Semua aktivitas sekolah diikuti tanpa beban.  Demikian juga tugas sekolah dikerjakan tanpa perlu dipaksa.  Tidak hanya mereka menikmati kebersamaan di sekolah.  Tetapi juga mereka menyayangi guru-gurunya.  Setidaknya itulah yang kerap mereka ceritakan sambil tertawa mengenang kebahagiaan semasa sekolah.

Masa sekolah yang menyenangkan dan guru yang dekat dengan peserta didiknyalah yang membuat buah hatiku menemukan dirinya, dan minatnya jauh hari sebelum keduanya selesai SMA.  Inilah harapannya, penerus bangsa ini tidak seharusnya dicetak menjadi robot.  Rutinitas, tekananan, tuntutan dan paksaan hanya akan melahirkan manusia yang mati rasa.  Tanpa inovasi, kreativitas dan dinamika.

Mengakhiri tulisan ini, "Jangan lupa bahagia."  Demikan pesan yang selalu dikatakan guru SD kedua anak saya.  Inilah yang memotivasi keduanya untuk menikmati masa sekolah mereka.  Berlanjut hingga kini, termasuk putriku yang kini telah berkuliah jauh di kota lain. 

Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230302070351-20-919658/gubernur-ntt-soal-masuk-sekolah-jam-5-pagi-demi-etos-kerja

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230301201438-20-919577/viktor-50-persen-apbd-ntt-ke-pendidikan-tapi-sulit-tembus-ui-ugm

https://www.liputan6.com/global/read/5220942/7-alasan-ini-bikin-pendidikan-finlandia-salah-satu-terbaik-di-dunia-termasuk-masuk-sekolah-pukul-0900

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun