Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gagal Paham Gubernur NTT Mengartikan Pendidikan

3 Maret 2023   03:46 Diperbarui: 3 Maret 2023   04:03 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya kegalauan yang dirasakan oleh Gurbenur NTT ini bisa dikatakan potret pendidikan di republik ini.  Katakanlah bukan menyoal masuk dini hari saja.  Tetapi, apakah sebenarnya sekolah dan para tenaga pengajar sudah mampu menghadirkan kondisi belajar dan mengajar yang asyik alias tidak monoton.  Harus saya katakan, masih butuh perjuangan panjang.

Ironis, lihat saja sejauh mana anak-anak di zaman now tahu apa cita-citanya.  Buktinya, kondisi yang sedang berjalan sekarang ini masih banyak anak SMA kelas akhir bingung mau melanjutkan kemana.  Jangankan universitas yang ditujunya, sedangkan mau jurusan apa saja masih cukup banyak yang ikut teman.

Artinya, bukan jam bersekolah yang jadi persoalan!  Melainkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan murid, dan mungkin juga sarana dan prasarana di sekolah.  Bahkan seharusnya sekolah bisa menjadi rumah kedua peserta didik.  Demikian juga guru bisa menjadi orang tua ataupun "teman" bagi peserta didik.

Baiklah, kini pengalaman saya yang telah menjadi orang tua mungkin bisa jadi pertimbangan.  Di mana kedua anak saya sangat menikmati masa TK hingga SMP mereka.  Begitu menikmati hingga sulit untuk saya menjemput mereka pulang.  Semua aktivitas sekolah diikuti tanpa beban.  Demikian juga tugas sekolah dikerjakan tanpa perlu dipaksa.  Tidak hanya mereka menikmati kebersamaan di sekolah.  Tetapi juga mereka menyayangi guru-gurunya.  Setidaknya itulah yang kerap mereka ceritakan sambil tertawa mengenang kebahagiaan semasa sekolah.

Masa sekolah yang menyenangkan dan guru yang dekat dengan peserta didiknyalah yang membuat buah hatiku menemukan dirinya, dan minatnya jauh hari sebelum keduanya selesai SMA.  Inilah harapannya, penerus bangsa ini tidak seharusnya dicetak menjadi robot.  Rutinitas, tekananan, tuntutan dan paksaan hanya akan melahirkan manusia yang mati rasa.  Tanpa inovasi, kreativitas dan dinamika.

Mengakhiri tulisan ini, "Jangan lupa bahagia."  Demikan pesan yang selalu dikatakan guru SD kedua anak saya.  Inilah yang memotivasi keduanya untuk menikmati masa sekolah mereka.  Berlanjut hingga kini, termasuk putriku yang kini telah berkuliah jauh di kota lain. 

Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230302070351-20-919658/gubernur-ntt-soal-masuk-sekolah-jam-5-pagi-demi-etos-kerja

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230301201438-20-919577/viktor-50-persen-apbd-ntt-ke-pendidikan-tapi-sulit-tembus-ui-ugm

https://www.liputan6.com/global/read/5220942/7-alasan-ini-bikin-pendidikan-finlandia-salah-satu-terbaik-di-dunia-termasuk-masuk-sekolah-pukul-0900

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun