Berikut hal yang perlu diperhatikan ketika berdemokrasi di ruang digital, yaitu:
- Judul provokatif, jangan terjebak oleh judul yang sensasional atau provokatif. Â Sering kali isi berita merupakan saduran dari berita lain namun diubah menjadi persepsi tertentu yang diingikan pembuat hoaks. Â Tidak ada salahnya jika kita mencoba mencari refrensi dari situs resmi untuk pembanding.
- Alamat situs, di Indonesia situs yang terverikasi sebagai institusi media resmi kurang lebih hanya 300, dari 43,000 situs.
- Jadilah kritis, pastikan berita memang valid, prioritaskan pola pikir logis dan cek ulang data saintifiknya.
- Periksa fakta, kita harus bisa membedakan antara fakta dan opini.
- Cek keaslian foto dan video, kini tidak hanya teks yang dapat diedit. Â Tetapi foto dan video juga bisa dimanipulasi menjadi hoaks.
- Saring sebelum sharing, berhenti dan jangan menjadi bagian mata rantai penyebar hoaks. Â Oleh karenanya saring terlebih dahulu sebelum sharing.
Apakah halu jika merindukan kembali bangsa ini santun dalam bertutur. Â Sebagai bangsa yang lekat dengan etika, kini berpulang kepada niat, sikap dan prilaku yang etis dalam berinteraksi. Â Pertanyaannya, bisakah kita berpikir sebelum bersuara atau bertindak?
Rasanya tidak sulit jika demokrasi di ruang digital pun kita mengontrol jari dan jempol sebelum menyampaikan suara lewat postingan di media sosial. Â Pikir dan pertimbangkan bahwa postingan kita tersebut dilihat, dibaca dan diketahui oleh orang lain.
Singkatnya, sekalipun demokrasi dilakukan dalam ruang digital tetap pergunakan logika. Â Jangan kita kehilangan etika sehingga berujung matinya demokrasi yang sehat. Â
Sumber: