Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepenggal Cinta Terlarang

18 Februari 2022   03:55 Diperbarui: 18 Februari 2022   04:00 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mantap Na, gila kapan lagi lu bisa berduaan dengan Bang Piko.  Jujur, faktanya selama ini cuma elu satu-satunya cewek di pencinta alam yang dapat perhatian dia.  Umur mah tidak masalah, biarpun elu masih SMA, dan doski mahasiswa rangkap kakak pembina.  Faktanya selama ini elu doang khan yang diberikan perhatian spesial.  Elu doang juga yang selama ini diantar dan jemput dengan vespa tuanya.  Jangan lupa juga, cuma elu Nana yang disebut dengan panggilan dek Nana."  Suara malaikat memberikan dukungan kepada Nana.

Jangan ditanya berkesannya malam itu bagi Nana.  Memilih diam, Nana menikmati malam bertabur bintang di perkemahan berduaan dengan Bang Piko.

Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin ditemukan jawabannya.  Tetapi mulut Nana terkunci.  Malu dan tidak pantas rasanya berpikir Bang Piko menaruh hati padanya.  Tidak mungkinlah, aku ini hanya anak bawang, SMA kelas XI.  Sementara Bang Piko, kakak pembina, mahasiswa, dan juga seorang guru.  Jauh...dan teramat jauh.... jurang diantara keduanya.

"Dek, coba lihat bintang di atas sana.  Cita-citamu yang mana dek?  Jadilah satu diantaranya, karena mereka sama indahnya. Memberikan terang, mewarnai langit malam.   Besok-besok, ingat itu yah dek.  Jadilah terang seperti bintang." Suara itu seperti cinta ketika matanya pun menatap tajam mataku.

Jujur aku menangkap cinta, tetapi takut salah.  Aku belum pernah merasakan jatuh cinta.  Tetapi, malam di bawah langit bertabur bintang adalah kenangan perkemahan terindah Nana.

Sekalipun malam itu berlalu tanpa kata cinta.  Tahun pun berlalu tanpa sebuah kata diantara keduanya.  Namun setia Bang Piko menyempatkan dirinya menjemput dan mengantar Nana pulang sekolah.  Terkadang diundangnya Nana bersama Tika sohibnya main ke kost miliknya, dan membantu keduanya menyelesaikan beberapa tugas sekolahnya.

Sesekali pula diajaknya Nana ke SD tempatnya mengajar.  Memperkenalkan kepada bocah kecil di sana.  "Anak-anak, ini Kakak Nana teman bapak."

"Gokillll...pikirku, bagaimana mungkin gua jatuh cinta pada pak guru?  Iya sih, doski kakak pencinta alam gua, dan mahasiswa.  Tetapi jangan lupa, dia guru dan dipanggil bapak di SD tempatnya mengajar."  Tepok jidat Nana berusaha menyadarkan dirinya.

"Secara gua ini 17 tahun saja belum.  Gua juga masih suka keluyuran jelong-jelong ke mall.  Tetapi bagaimana dong, setiap ketemu Bang Piko, jantung gua mendadak copot."

Tanpa cinta yang hanya sebuah kata.  Nana menikmati setiap kebersamaannya dengan Bang Piko.  Laki-laki yang menjadi alasannya untuk mengejar bintang walau setinggi langit sekalipun.  Tetapi semua ada waktunya untuk sebuah kejujuran dan penerimaan.

Sambil menggunting contoh prakarya anak murid Bang Piko di kost miliknya, tetiba pengakuan itu datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun