Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PTM 100 Persen Terkoneksi PeduliLindungi

6 Januari 2022   22:18 Diperbarui: 7 Januari 2022   01:13 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.jawapos.com

Ada haru dan rasa campur aduk melihat situasi mall saat itu.  Begitu banyak orang tua murid berburu sepatu sekolah.  Demikian juga beberapa toko perlengkapan sekolah.  Lalu konon sejak sejak Sabtu, toko-toko seragam sekolah ramai.

Singkat cerita, Senin, 3 Januari tiba dan aku kebetulan dipercaya sekolah untuk mengawasi jalannya PTM 100 persen di hari pertama di sekolah putri sulungku.  Tidak mudah memang untuk hidup disiplin di masa pandemi.  Ketika para peserta didik mengawalinya dengan cuci tangan, cek suhu, scan Pedulilindungi dan barulah masuk teratur ke kelasnya nantinya.  Semua membutuhkan proses untuk bisa dianggap sebagai sebuah kebiasaan baru.

Hari itu, aku tidak bisa berlama di sekolah si sulung karena harus berlari menjemput si bungsu.  Membiarkannya hari pertama berjalan sendiri ke sekolah tanpa aku dampingi.  Aku telah membiasakan kedua anakku untuk hidup bertanggungjawab di masa pandemi ini.  Bahwa prokes ketat yang mereka jalani, tidak hanya menjaga diri sendiri.  Tetapi, juga menjaga nyawa orang lain.

Menggunakan taxi aku menjemput si bungsu.  Maksudnya agar lebih cepat dan nyaman menurutku untuk si bungsu yang mengawali hari pertamanya sebagai siswa menengah atas setelah nyaris 2 tahun hanya bersekolah di rumah.

,

Maka akhirnya kami sampai di rumah.  Tetapi ada satu ucapan yang tidak kami duga datang dari si bapak pengemudi.  "Terima kasih yah dek, karena hari ini anak-anak bersekolah, maka bapak jadi lumayan ramai sewanya."

Pandemi memang untuk saat ini belum bisa kita tuntaskan.  Tetapi, tanpa kita sadari pandemi telah membunuh secara berlahan kehidupan kita.  Terbukti dengan kembali dibukanya sekolah maka pergerakan ekonomi terlihat.  Bahkan si bapak taxi begitu mengucap syukur.

Jika pun kita bicara Omnicorn, maka kembali kita lihat pada kondisi mall dan tempat-tempat umum lainnya yang selama ini mulai bergerak.  Mereka bijak  mewajibkan penggunaan aplikasi Pedulilindungi.  Sehingga artinya, kita pun harus belajar menggunakan teknologi agar kehidupan kita bisa kembali berjalan.  Selain tentunya waktu telah mengajarkan kita hidup dengan prokes ketat.

Bahwa nyatanya juga, aplikasi Pedulilindungi sudah dimiliki oleh banyak anak-anak, karena apa?  Sebab selama ini mereka pun ikut bersama keluarganya ke tempat-tempat umum.  Jadi ini bukanlah hal yang baru, tetapi ini harus dan telah menjadi bagian dari kehidupan kita saat ini.

Sehingga jika kembali kepada kondisi PTM 100 pesen, maka penggunaan aplikasi PeduliLindungi tentu diharapkan diintegrasikan.  Sehingga Kemendikbudristek bisa mengakses yang terkait dengan sekolah.  Kemudian di sisi lain Kemenkes dapat mengetahui tentang tingkat penularan yang ada di sekolah jika terdapat kasus.

Tidak tahu harus berkomentar apa, tetapi hidup harus terus berjalan adalah fakta.  Kemunculan virus Covid dengan berbagai nama pun tidak tahu sampai kapan ujungnya.  Hanya saja, sebuah istilah, "You can run, but you can't hide."  Mungkin inilah cara kita menerima pandemi dengan dibantu teknologi dalam bentuk Aplikasi Pedulilindungi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun