Haii....diary, maaf mungkin sedikit terlambat berbagi sukacita Natal padamu. Â Semoga kamu tidak ngambek, dan izinkan aku berbagi cerita.
Bagiku, Natal selalu mempunyai ceritanya sendiri. Â Tetapi ada satu yang selalu sama yaitu sukacita. Â Seperti juga Natal tahun ini sukacita itu begitu terasa seperti hujan berkat yang tercurah.
"Ma, Natal tahun ini kita tidak usah terima tamu yah. Â Ngeri sedap ada si Omicron," kataku pada mama dan dijawabnya setuju.
Maka jadilah aku hanya memesan 3 jenis kue kering dari Gereja. Â Selain sebagai pelengkap kebahagiaan Natal, juga untuk membantu acara penggalangan dana di Gereja. Â Tetapi, ehhmm...rasanya kok kurang lengkap jika tidak ada sedikit hidangan istimewa yang bisa kami santap.Â
Bukan bermaksud bermewah, tetapi hanya membedakan bahwa Hari Natal berbeda dari hari lainnya. Â Sehingga tidak salah jika santapan di meja bolehlah berbeda dari menu di hari biasanya.
Teringat aku sayur kacang buatan teman yang dihantarkannya saat Idul Adha. Â "Ehhmm...bagaimana kalau makan ketupat sayur saja, dan aku yang membuat rendangnya." Â Isi kepalaku berimprovisasi, dan langsung menyetujuinya sendiri. Â Hahah....
"Hollaa...Mbak Rin, bantuin aku dong buatkan sayur kacang, dan sekalian ketupatnya. Â Ehhhmmm...dengan sambel goreng hati juga deh, please.... Â Nanti rendangnya aku yang buat mbak. Â Tapi, sayurnya jangan pakai petai yah." Kataku cuek apa adanya kepada temanku yang kebetulan seorang Muslim.
"Hahah...seriusan? Â Sayur kacangnya, okay deh. Â Tapi, ketupatnya pesan aja yah, dan malas ah...sambel hatinya. Â Mbak ajalah yang buat," katanya pula cuek.
Singkat cerita sambal goreng hati dinyatakan gugur. Â Sebab aku juga malas membuat, karena memang sedang padat jadwalku dengan tugas kepanitiaan sekolah, dan pekerjaan.
Tepat di Jumat 24 Desember menjadi begitu padat bagiku dikejar waktu. Â Tentunya aku sibuk merapikan rumah menyambut Natal. Â Kemudian memasak rendang serta telor balado sebagai pelengkap ketupat dan temannya.