"Ini bu," sebuah amplop disodorkan si pemilik toko. Â Aku bingung amplop apa ini. Â "Ssst...diambil saja bu," bisik rekan kantorku dengan tekanan.
Singkat cerita amplop aku ambil, dan singkat cerita juga amplop tersebut aku berikan kepada Pak Bos. Â "Here the envelope, the stationery shop gave it to me." Kataku menerangkan.
"Wkwkwk....then why you gave it me? Â Should I explain to you, that this calls bonus from the owner for you. Â So just have it, this is yours!" katanya menjelaskan dan amplop itu diletakkannya di telapak tanganku.
Kagetku belum selesai, saat baru saja duduk di ruang kerjaku. Â "Kamu dititipin amplop yah? Â Sini, kasih ke saya karena itu punya saya." Seorang senior dengan nada penuh tekanan dan mata tajam memandangku.
Heheh...aku sih memilih tidak memberi. Â "Maaf mbak, tetapi Pak Bos bilang amplop ini hak saya." Sahutku tak kecut. Â Luarbiasanya, aku berhasil menang. Â Padahal aku sendiri belum membuka amplop tersebut.
"Dibuka ceu, itu bonus dan biasa diberikan oleh toko stationary langganan kantor ini. Â Kamu beruntung, karena biasanya itu jatah preman mbak yang tadi." Penjelasan Mbak Imel yang kebetulan memasuki ruanganku.
Singkat cerita, amplop aku buka dan terdapat nominal lumayan banget Rp. 2,000,000. Â Wow...kataku dalam hati, ini gokil banget kalau aku habiskan sendiri.
"Mbak Imel, amplop berisi Rp 2 jeti mbak," kataku dan mendapatkan senyum tulusnya. Â "Iya, itu hak kamu ceu."
Tetapi aku memilih tidak menikmati sendiri. Â Siang itu juga aku mengizinkan satu kantor untuk makan bebas di pantry. Â "Bu, hari ini biarkan teman-teman minum dan makan bebas yah. Â Nanti saya yang bayar semuanya." Kataku menghubungi Ibu Pantry.
Saat-saat yang menyenangkan bagiku. Â Seiring waktu kami menjadi kompak dan solid. Â Waktu juga yang mengantarku untuk mendapatkan kepercayaan, sekalipun diantara mereka aku terbilang muda secara umur dan pengalaman.
Sekarang kami semua sudah terpecah dan memiliki kesibukkan masing-masing. Â Tetapi di sela waktu, jika memungkinkan, tetap kami saling menyapa. Â Termasuk ketika seorang dari kami sakit beberapa waktu lalu, maka kami gotong-royong memberikan bantuan. Semua cerita lama menjadi pelipur lara kami di group yang sengaja kami buat. Â Bahkan akhirnya terungkap cerita konyol mereka ketika "mengerjaiku" tetapi aku cuek dan tidak sadar sedang diisengin.