Melbourne yang membisu menyaksikan airmata keduanya malam itu. Â Ken mengemas rapi semua barang-barang Reiko. Â Lalu, keduanya melepas cinta tak terucap dengan saling bertukar pandang ketika Reiko melepas Ken pulang.
"Go to sleep, tomorrow early morning you have to flight. Â No need to call me tomorrow, as the only thing I want to remember is tonight. Â The precious moment when He gave me a chance to tell how I feel about you. Â Please let me know anytime you need me, even if you already in Indonesia." Â Lalu tangan Ken dengan lembut mengelus rambut Reiko, kebiasaannya setiap kali Reiko sedih.
Laki-laki itu menatap Reiko dan mencoba tersenyum. Â Lalu dibalikannya badannya dan melangkah meninggalkan Reiko sendiri. Â Sementara, Reiko hancur hati menatap punggung Ken yang berjalan tanpa memalingkan badannya kembali.
Sendiri Reiko memandangi koper-koper yang telah berjajar rapi. Â Lelaki yang telah membuatnya tertawa, dan selalu ada disisinya selama ini membereskan untuknya. Â Tidak ada satu kata pernah terucap, entah itu kebodohan atau apa. Â Tetapi Reiko sadar, perbedaan terlalu banyak diantara mereka. Â Hanya saja, kenapa selama ini keduanya tidak mencoba bicara. Â Terlambat, kini cerita manis itu berujung saling melukai.
Lepas landas Qantas meninggalkan Tullamarine Airport. Â Menetes airmata Reiko, meninggalkan Melbourne dan cintanya. Â Tentang dia yang memberi warna dan penyemangat hidupnya selama ini.Â
Ssstt....cerita ini masih berlanjut, ditunggu saja...
Jakarta, 19 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H