Indonesia menangis, inilah yang terjadi saat ini. Â Pandemi Covid tak berkesudahan, sebab muncul kembali dua varian baru Delta dan Kappa lebih menular dan berbahaya. Â Pasalnya, virus corona varian baru ini bisa menyebabkan anak-anak positif Covid-19 dan berujung kematian.
Sekilas gambarannya menurut Dicky Budiman pakar epidomiologi Universitas Griffith Australia, varian Kappa lebih cepat menular dalam hitungan detik.
"Iya itu berpapasan dengan orang langsung terinfeksi, cepat banget kurang dari waktu 10 detik itu seperti campak," kata Dicky seperti dikutip detik.com, Kamis (1/7/2021). Â Dikutip dari: cnbcindonesia.com
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa menurut data per 2 Juli 2021 sebanyak 15 persen dari 9.399 kasus positif adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun. Â Perinciannya, 1.056 kasus adalah anak usia 6-18 tahun. Â Sisanya 360 kasus adalah anak usia 0 - 5 tahun. Â Sedangkan, 7.198 kasus adalah usia 19 - 59 tahun dan 785 kasus adalah usia 60 tahun ke atas.
Inilah yang membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan panduan vaksin COVID-19 Sinovac produksi PT Bio Farma, segera setelah diterbitkannya persetujuan penggunaan bagi anak usia 12 hingga 17 tahun di Indonesia.
"Keputusan ini diambil berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh BPOM bersama dengan Tim Komite Nasional (Komnas) Penilai Vaksin COVID-19, dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)," ujar Juru Bicara COVID-19 dari BPOM Lucia Rizka Andalusia yang dikonfirmasi melalui pesan singkat di Jakarta, Minggu. Â Dikutip dari: suara.com
Perlu diketahui bahwa selain Indonesia, terdapat negara lain yang sudah memberikan vaksin untuk anak, yaitu: Canada, China, Amerika, Inggris, Jepang, Singapore, dan Selandia Baru. Â Tentunya jenis vaksin yang digunakan berbeda, tergantung kebijakan negara bersangkutan.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Sinovac dan Pfizer adalah dua jenis vaksin yang "dianggap" ramah. Â Sehingga inilah alasannya untuk saat ini vaksin anak menggunakan Sinovac. Â Diperkuat dengan pernyataan BPOM bahwa sejauh ini belum ada izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin COVID-19 anak, selain vaksin Sinovac.
Gaung pemerintah ini pun didukung dengan berbagai ajakan vaksin mandiri untuk anak. Â Baik yang diadakan oleh BUMN, Rumah Sakit, ataupun mall. Â Mungkin bagi para orang tua akan ada pro-kontra dan berbagai pertanyaan aman/ tidaknya.
Keraguan dan kekhawatiran yang sangat bisa dimaklumi. Â Sebab semua terasa begitu cepat, ketika sebelumnya dikatakan anak tidak disarankan untuk divaksin. Â Tetapi kemudian pernyataan itu berubah, bahwa anak harus diberikan vaksin.
Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan, Ketua IDAI, Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan SpA(K), FAAP, FRCPI(Hon) mengatakan, vaksin Sinovac sudah ada uji klinis fase 1 dan 2 yang hasilnya aman dan serokonversi tinggi. Â
Disini maksud serokonversi tinggi adalah perkembangan antibodi yang dapat dideteksi pada mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi. Â Ini artinya, pemberian vaksin sangat penting demi mencegah lonjakan kasus Covid pada anak.
Demikian syarat vaksinasi Covid-19 pada anak dengan menggunakan Sinovac saat ini, yaitu:
- Usia 12-17 tahun
- Dosis 600 SU (0,5 ml), penyuntikan intramuskular di otot detoid lengan atas, diberikan 2 kali dengan jarak 1 bulan.
- Belum diperbolehkan untuk anak usia 3-11 tahun (menunggu hasil kajian berikutnya)
- Perhatikan kondisi kesehatan anak/ komorbid
Adapun kondisi yang harus diperhatikan untuk divaksin adalah:
- Pastikan komorbid terkontrol/ sakit bawaan tidak sedang kambuh ketika divaksin.
- Berikan nutrisi atau asupan makanan yang bergizi guna memastikan tubuh anak sehat/ prima.
- Hindari begadang ketika ingin divaksin, sebab ini untuk memberikan tubuh dalam kondisi prima, tidak kelelahan. Â Ini akan berpengaruh kepada tekanan darah dan kadar gula naik.
- Orang tua mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai vaksin anak.
Secara umum efek vaksin pada anak adalah sama seperti pada orang tua, yaitu sakit kepala, nyeri di tempat suntikan, demam dan di beberapa kasus hidung berair. Â Efek yang umum ditemui adalah nyeri pada tempat suntikan dan sakit kepala. Â Sehingga disarankan setelah divaksin, anak tidak beraktivitas langsung dan lebih baik istirahat.
Lalu dimana posisi kita sebagai orang tua? Â Apakah kita memilih tidak atau memberikan vaksin kepada anak? Â Pro dan kontra berdasarkan berbagai pertimbangan akan selalu ada dan tak terhindarkan.
Disinilah perlunya peran orang tua mengenali kondisi anaknya. Â Jika merasa ragu, alangkah baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu. Â Bahkan jika perlu meminta surat pengantar
Tetapi yang pasti pemberian vaksin anak yang diadakan pemerintah adalah dengan pertimbangan masak. Â Fakta yang kita hadapi saat ini adalah banyak anak terpapar Covid. Â Tentunya, kita tidak bisa berdiam diri membiarkan buah hati terpapar, dan menjadi mata rantai penularan.
Jujur, kondisi saat ini tidak mudah untuk kita semua. Â Tetapi untuk mengatasi pandemi ini, pemerintah membutuhkan dukungan kita semua. Â Demikian juga anak yang membutuhkan para orang tuanya saat ini.
Jakarta, 5 Juli 2021
Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H