Judul di atas satu dari sekian pengalamanku nyaris terkena aksi kejahatan. Â Pengalaman ngeri sedap tapi kalau diingat sekarang jadi kenangan manis yang maaf tidak untuk diulang. Â Heheheh...
Diawali pengalaman pertama ketika pulang kerja dan harus naik bis kota. Â Zaman itu belum ada Trans Jakarta seperti sekarang yang lebih nyaman dan sedikit lebih tertib. Â Di zaman itu naik bis kota identik dengan senggol-senggolan.
Jujurnya aku males banget didorong sana sini yang ujungnya jadi berada ditengah dan bikin susah keluar nantinya. Â Belum lagi baju ngantorku dijamin lusuh. Serta aroma menyengat yang membuat harum parfumku pun kalah bersaing. Â Tetapi, rasa iseng dan males balik kantor mengalahkan semuanya. Â Bersama seorang teman, sepulang dari mengurus KITAS (Kartu Izin Menetap Sementara) Pak Boss ekspat, kami memilih bis ketimbang taxi.
Kejadian deh senggol kiri dan kanan, bahkan depan belakang. Â Demi memastikan tidak jatuh, maka tangan kiriku berpenggangan dengan tiang besi bis, sedang yang kanan memegang sandaran kursi. Â Aku pun yang tadinya bersama teman, justru sekarang entah dimana teman itu. Â Sedang clingak-clinguk mencari dia, tiba-tiba mataku menangkap ada tangan asing yang sedang berusaha mempreteli jam tanganku. Â "Gokill....ngapain ini orang," batinku kesel.
Otakku langsung jalan, dan mengamankan tas kerja serta meletakannya didepan dan aku dekap. Â Badan jelas makin terhuyung-huyung karena praktis hanya mengandalkan tangan yang memegang tiang besi. Â Tetapi, mataku segera mencari siapa pemilik tangan gelap itu, dan hoppp....aku menemukannya! Â Mata bertemu mata, tetapi dia cuek saja.
Ngegilainya tangannya itu kalap mencoba mempreteli jam tanganku. Â Sulit pastinya karena kondisi bis tidak stabil, ditambah desakan penumpang lainnya. Mirisnya penumpang yang berada di dekatku cuek bebek tidak peduli melihat aksi otw mencopet tersebut.
Aku berpikir, ngapain juga minta tolong orang di dekatku. Â Aku juga tidak mau konyol teriak copet, bukan tidak mungkin orang di sekitarku ini rombongannya. Maka dengan modal keberanian tersisa, aku pun memegang tangan si pencopet yang sedang mencoba melepas jam tanganku. Â Tangan tersentak kaget karena gantian aku yang memegangnya.
Aku lepas pegangan tangan kiriku dari besi dan menurunkan tanganku. Â Yup, praktis kali ini aku tidak berpegang pada apapun terhuyung-huyung diantara desakan orang. Â Berusaha seimbang sambil melepas jam tangan, memasukkan ke tas dan memegang erat tas milikku. Â Persis di halte berikutnya aku pun turun, dan segera menghentikan taxi yang lewat. Â Meninggalkan temanku yang masih berada di dalam bis sendirian.
Lanjut pengalaman kedua yang juga ngeri sedap, tetapi kali ini ketika naik mikrolet. Â Selalu mengikuti anjuran banyak orang untuk memilih duduk bersama di depan atau di belakang pak supir. Â Konon katanya kalau di belakang mudah membisikkan pak supir jika ada ulah jahat pencopet. Â Tetapi ternyata tidak semudah itu ketika kita berada pada kejadiannya.
Ketika itu aku sedang dalam perjalanan pulang, dan seperti biasa memilih duduk di belakang supir. Â Selain menurutku aman, juga bisa mendapat angin. Â Di dalam mikrolet sudah ada 3 penumpang lainnya, jadi dengan diriku total ada 4 orang.