Indahnya Indonesia yang terbentang dari Barat hingga ke Timur, begitu kaya akan nilai dan budaya. Â Termasuk di dalamnya karya seni dan budaya berupa pantun, pepatah, dan peribahasa yang berlimpah ruah menyatu dalam kehidupan masyarakatnya.
Tidak kita sadari mungkin, tetapi pemakaian pribahasa seringkali digunakan dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia. Â Bahkan pribahasa tumbuh dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Â Kita akan menemui dengan mudah di setiap daerah memiliki pribahasanya masing-masing, sebagai contohnya:
- Aceh
Karajo biek elok dilakeh-lakehkan, jangan diselo dek nana buruak.
Artinya: pekerjaan yang baik itu lebih utama disegerakan, jangan diselingi oleh yang buruk.
Makna terkandung: Jangan suka menunda-nunda melakukan sesuatu yang baik. Â Jika tidak, kita akan melakukan sesuatu yang buruk.
Maksudnya, jika tidak sibuk dengan kebaikan, maka kita akan disibukan dengan keburukan nantinya. - Sumatra Utara
Rata pe bulung ni salak. Rataan do bulung ni sitorop. Â Uli pe hata sahalak. Ulian do hata torop
Artinya: walau hijau daun salak lebih hijau daun sitorop.
Makna terkandung: pendapat satu orang itu baik, tetapi pendapat banyak orang jauh lebih baik. Maksudnya, di dalam mengambil keputusan lebih baik dilakukan dengan musyawarah. - Jawa
Ajining diri gumantung ana ing lathi.
Artinya: harga diri seseorang dapat dilihat dari cara berbicara.
Maknanya: seseorang harus bisa menjaga ucapannya.
Maksudnya: seseorang akan dihargai lewat perkataannya. Â Jika ucapannya baik, maka orang akan menghargainya, demikian juga sebaliknya dijauhi jika selalu berkata tidak baik. - Betawi
Orang kaye tempat minte, orang pinter tempat nanye.
Artinya: orang kaya tempat meminta, orang pintar tempat bertanya.
Makna terkandung: orang kaya harus mau menolong orang miskin, dan orang pintar harus bisa mengajari orang yang belum pintar.
Maksudnya, kita tidak boleh salah dalam meminta pertolongan - Bali
Puntul-puntulan besi, yen sangih dadi mangan.
Artinya: setumpul-tumpulnya besi, apabila diasah akan menjadi tajam
Makna terkandung: sebodoh-bodohnya seseorang, jika rajin belajar, akan menjadi pandai juga.
Maksudnya: siapapun yang rajin belajar, pasti akan mendapatkan hasil yang baik. - Kalimantan Timur
Asal mambawa nang bujur atawa banar musti salamat diri
Artinya: asal membawa sifat jujur dan benar, kita pasti selamat.
Makna terkandung: ketika kita bersikap jujur dan benar dalam hidup ini, percayalah hal-hal baik akan datang kepada kita.
Maksudnya, kita haruslan jujurlah selalu, baik kepada orang tua, guru, teman, dan kepada siapapun. - Sulawesi Utara
Katowan intow tanu rukut maweles.
Artinya: hidup manusia seperti rumput, kelak akan layu.
Makna terkandung: manusia tidak selamanya sehat dan kuat, ada saatnya akan menjadi tua dan lemah.
Maksudnya: ketika kita masih sehat dan kuat, berbuat baiklah selalu. Â Sebab ketika kita sudah menua, maka kemampuan kita terbatas untuk berbuat kebaikan. - Maluku
Ale rasa beta rasa, potong di kuku rasa di daging.
Artinya: kamu rasa aku rasa. Â Kuku yang dipotong, daging ikut merasakan.
Makna terkandung: kita bersaudara, ibarat satu tubuh. Jika satu sakit, tubuh yang lain pun ikut merasakan.
Maksudnya: ketika saudara kita menderita, kita pun ikut merasa bersedih.  Oleh karenanya, kita  harus saling membantu. - Papua
Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo.
Artinya: hari esok harus lebih baik daripada hari ini.
Makna terkandung: bahwa kita harus selalu memperbaiki diri setiap hari.
Maksudnya: Â setiap hari harus lebih baik dari hari sebelumnya. Â Jika terjadi kesalahan hari ini, maka besok jangan mengulang kesalahan yang sama agar hidup menjadi lebih baik.
Tidak hanya keragaman pribahasa di setiap daerah. Â Tetapi nilai-nilai moral pun ikut diwariskan lewat pribahasa sehari-hari yang umum didengar, misalnya:
- Takkan harimau makan anakya, mengartikan bahwa sekeras apapun orang tua kepada anaknya tidak bermaksud untuk mencelakankan.
- Bayang-bayang sepanjang badan, mengartikan hendaklah pengeluaran harus disesuaikan dengan penghasilan
- Berani menjual berani membeli, mengartikan seharusnya kita tidak hanya bisa menyuruh, tetapi harus juga mau mengerjakan sendiri.
- Bagaimana ditanam, begitulah dituai, mengartikan bahwa dalam kehidupan ketika kita menanam kebaikan, maka akan berbuah kebaikan. Â Sebaliknya kejahatanan pun akan menuai petaka.
Menarik sekali, tetapi itulah adanya. Â Tidak disadari kita telah dibesarkan dan dibentuk dengan nilai-nilai kebaikan yang tersirat pada pribahasa.Â
Inilah rindu yang membawaku kembali pulang ketika jauh dinegeri orang. Â Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri: bagaimanapun senangnya hidup di negeri orang, masih lebih senang hidup di negeri sendiri.
Sumber:
budi.kemdikbud.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H