Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jurus Asyik Kerja di Lingkungan Toksik

23 Mei 2021   04:19 Diperbarui: 23 Mei 2021   04:24 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah yang membuat hari-hari kerjaku berubah menjadi asyik.  Bahasa keseharian mereka seperti kata ce (sebutan untuk teman cewek), lekong (laki), cucok (cocok), nek (oma), bences (banci), ember (iya), ember (setuju), giling, mak, kamse, trimse menambah kosa kataku yang bikin mules.  Selain mereka ini kreatif, lucu, menyenangkan, dan parahnya lagi karena kebanyakan sering latah.

Pengalaman inilah yang membuatku ingin berbagi cara asyik jika "mungkin" kita merasa bekerja di lingkungan toksik:

  1. Menjadi toksik atau tidak adalah pilihan.
  2. Jangan menghakimi.
  3. Hormati, dan beradaptasilah dengan lingkungan di mana kita berada.
  4. Jadilah diri sendiri, dan bertanggungjawablah.
  5. Tumbuhkan sikap empati dan simpati.
  6. Jangan mudah menyerah dan putus asa.
  7. Belajarlah untuk bersyukur dan menghargai pekerjaan kita.
  8. Bergaul dan bertemanlah sebanyak mungkin.
  9. Bersikap atau ciptakanlah semangat kerja yang positip.
  10. Ubah cara pandang lebih luas.

Berpuluh tahun sudah berlalu, dan sejauh ini aku tetap bersahabat dengan beberapa dari mereka, meski kami sudah terpencar pindah kerja seiring waktu berjalan.

Inilah pengalamanku, dan mungkin orang lain berpendapat mereka toksik karena berbeda dengan kehidupan kita.  Tetapi itulah mereka, karena dunia memang beragam.  Sebab jujur bagiku tiga tahun bekerjasama dengan mereka, adalah salah satu pengalaman kerjaku yang berharga.

Menurutku, bukan hak kita menilai dan menghakimi.  Mengenal dan bergaul dengan lingkungan toksik tidak serta merta membuat kita teracuni.  Pilihan itu ada pada kita, kita yang menentukan terbawa arus lalu terjerumus, atau tetap menjadi diri kita sendiri dan berprestasi.

Jakarta, 23 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun