medsos) menjadi umum saat ini.
Seiring perkembangan zaman, semakin tipis perbedaan antara dunia maya dan dunia nyata. Â Bahkan, semakin hari orang semakin memilih berinteraksi di dunia maya ketimbang di dunia nyata. Â Tidak terbatas oleh umur dan strata ekonomi, memiliki akun media sosial (Menyenangkan, Â kehadiran medsos membuat dunia menjadi mudah dijangkau bagi mereka yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Â Mereka yang kesepian, dimudahkan bisa saling bersapa di medsos, Facebook misalnya. Â Bahkan medsos juga memudahkan orang untuk berbisnis saat ini. Â Inilah bukti dari perubahan zaman, dunia tidak hanya nyata tetapi juga maya namun nyata.
Tetapi harus diingat bahwa kehadiran medsos tentunya memiliki dampak, yaitu negatif dan positif. Â Negatif, jika kita tidak bisa menjaga etika, atau tidak berhati-hati dalam bermedia. Â Ehmmm...maksudnya bagaimana sih?
Begini, seperti juga di dunia nyata maka berinteraksi di dunia maya pun harus disertai tanggungjawab. Â Artinya, hal yang kita sampaikan atau posting tidaklah menyinggung perasaan orang dan melanggar hukum. Â Aturan yang sederhana sebenarnya karena di dunia nyatapun kita tidak boleh sembarangan. Â Tetapi, baiklah kita fokus kepada medsos yang menjadi potret diriku dan membawa dampak positip.
Bagiku, medsos adalah diriku apa adanya. Â Bahkan kecemplungnya diriku di dunia tulis menulis juga karena bermedsos. Â Heheh...
Bermula dari kebiasaan curhat di wall Facebook. Â Berbagi opini, puisi atau pengalamanku berlibur bersama keluarga keliling Jawa, Bali dan Sumatra. Â Senang saja, ketika beberapa teman kemudian tertarik menanyakan hal baru yang mereka temui di postinganku.
Misalnya, ketika aku menceritakan kecantikan Grand Canyon ala Indonesia yang tersembunyi manis, nyempil di Pangandaran. Â Berujung kekaguman teman-teman medsos menanyakan di mana itu, bagaimana cara kesana, dan akhirnya menularkan banyak dari mereka ikutan ke sana.
Lanjut saat kembali bersama keluarga kecilku, kami mencoba Toll Trans Jawa dan Trans Sumatra saat baru dibuka. Â Kembali aku membagikan foto perjalanan, lengkap dengan video dan biaya tollnya. Â Bahkan biaya menyeberang di Pelabuhan Merak ketika menyeberang dari pulau Jawa ke Sumatra. Â Serta menyebrang di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi saat dari Pulau Jawa ke Pulau Bali!
Hehehe...aku tukang jalan bukan rahasia bagi sahabat-sahabatku. Â Tanpa jalan toll saja, sudah menjadi kebiasaan keluarga kecilku jalan darat. Â Apalagi setelah ada toll, makin menggilalah kami sekeluarga.
Menariknya, ternyata semua ceritaku di medsos menimbulkan rasa penasaran banyak sahabatku. Â Dulu mereka menganggapku gila karena mau bercapek-capek jalan darat. Â Mengganggapku mempersulit diri karena ngapain juga membawa bekal untuk di perjalanan, atau numpang tidur di pom bensin.
Singkat cerita ujungnya banyak yang jadi ikutan. Â Mereka juga harus mengakui, serunya menikmati bekal masakan dari rumah yang dinikmati bersama di mobil. Â Serunya juga numpang tidur di pom bensin karena mengajarkan anak-anak berpetualang kecil-kecilan, dan tidak hidup di zona nyaman selalu.
Berangkat dari curhat di FB, dan caraku berceritalah yang membuat seorang teman menganjurkanku menulis. Â Heheh..itulah yang aku lakukan sekarang, menjadi penulis lepas. Â Hal yang kemudian membawaku kepada komunitas baru, komunitas penulis. Â Ujungnya, aku jadi bertambah teman. Â Walaupun aku belum pernah bertemu satu pun dari mereka.
Lalu, apakah medsos adalah diriku? Â Iya, medsos adalah diriku, ceritaku.
Menjadi penulis lepas di Kompasiana misalnya, dengan berbagai topik pilihan aku mencoba menuangkan tulisan menurut pendapat, pikiran dan kata diriku. Â Aku tidak menjadi pribadi yang berbeda demi terlihat baik ataupun sempurna.
Di beberapa tulisan aku bercerita pengalaman dan suasana hatiku. Â Aku juga pernah bercerita tentang pengalaman belajar di negeri orang, sambil berjibaku bekerja sambilan menjadi waitress, tukang ketik, pembersih di restauran dan catering, bahkan pembersih rumah seorang nenek tua, Ms. Smith. Â Bahkan aku juga bercerita tanpa malu bahwa barang-barang yang aku miliki ketika menjadi mahasiswa asing adalah pemberian orang, atau sekalipun beli, yah barang bekas yang aku beli dari upah kerja sambilan.Â
Mungkin, ada pendapat aku ngarang, pencitraan, ember atau apalah. Â Heheh..., maklumin saja karena kita tidak bisa menghentikan opini orang. Â Tetapi, untukku berbagi di medsos adalah untuk berbagi pengetahuan, dan mudah-mudahan bisa menginspirasi.
Satu hal menarik lain sebagai contoh, percaya tidak percaya, pernah lama aku tidak menulis, atau posting masakan di status WA. Â Beberapa teman lalu bertanya, karena biasanya kami memang bertukar ilmu memasak akibat postingan. Â Yup, kira-kira begitulah potret diriku yang ternyata sudah melekat.
Sehinggga untukku medsos yang dunia maya adalah potret diriku di dunia nyata. Â Aku yang senang menulis, senang masak, dan senang jalan-jalan.
Jakarta, 6 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H