Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bukan Transgender, Sersan Wanita TNI Aprilia Manganang Alami Hipospadia

9 Maret 2021   21:00 Diperbarui: 9 Maret 2021   21:10 2389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu apa itu hipospadia?

Di Amerika Serikat dialami oleh 1 dari 200 kelahiran bayi.  Hipospadia adalah cacat lahir yang dialami anak laki-laki.  Kelainan ini terjadi sejak dalam kandungan, dimana uretra terbentuk secara tidak normal pada kehamilan 8-14 minggu.  Pada orang dengan hipospadia, lubang uretra atau saluran yang membawa urine dari kandung kemih keluar tubuh tidak terletak di ujung penis.

Terdapat 3 jenis hipospadia

  1. Subkoronal, yakni pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis.
  2. Poros tengah, yakni pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis.
  3. Penoscrotal, yakni pembukaan uretra terletak di tempat pertemuan penis dan skrotum.

Penyebab pastinya tidak diketahui.  Sejauh ini masa kehamilan menjadi faktor penentu, seperti makanan, atau obat-obatan diduga dapat menyebabkan hipospadia.  Adapun faktor peningkat kecenderung bayi mengalami hipospadia antara lain:

  • Usia dan berat badan
    Ibu hamil diatas usia 40 tahun cenderung berpotensi melahirkan bayi dengan hipospadia

  • Perawatan kesuburan
    Perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan beresiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia

  • Hormon tertentu
    Perempuan yang mengkonsumsi hormone juga memiliki kecenderungan memiliki bayi hipospadia

  • Perokok
    Perempuan perokok atau asap rokok disinyalir berpotensi lahirnya bayi dengan hipospadia

Lalu bagaimana perawatan hipospadia tergantung dari jenis cacat yang dimiliki.  Kebanyakan kasus hipospadia memerlukan operasi atau pembedahan untuk memperbaiki cacat yang dialami.

Kembali kepada yang dialami Sersan Dua (Serda) Aprilia Manganang, bukan hak kita menghakimi karena kita tidak berada di posisinya.  Sebuah langkah besar yang patut kita apresiasi karena selama ini pun Manganang telah mengisi hidupnya dengan berarti sekalipun dikondisinya yang (maaf) "terperangkap".  Tetapi tidak membuat dirinya terjebak dan patah semangat.

Hal yang sama dan luarbiasa karena dukungan diberikan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa beserta jajaran TNI AD.  Membuktikan sisi humanisme TNI yang mungkin sebagian orang menilai kaku.

Inilah pelajaran hidup berharga, bahwa setiap orang memiliki pergumulannya sendiri.  Bukan hak kita menilai salah dan benar seseorang, karena kita sendiri belum tentu lebih baik.  Tetapi mengisi dan menghargai hidup sebagai anugerah itu jauh lebih berarti.  Semangat dan doa terbaik untuk Manganang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun