Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada Apa dengan Singkong?

4 Maret 2021   21:23 Diperbarui: 4 Maret 2021   21:29 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini seperti singkong di depan mataku sore tadi yang aku tidak tahu cara menggorengnya.  Tetapi aku sombong tidak mau lihat dari youtube.  Lah apa iya, goreng singkong mesti nanya youtube, kataku dalam hati.  Heheh..

Maka singkong itu pun aku bersihkan dari tanahnya, bahkan aku cuci!  Lalu aku kupas dan potong menjadi beberapa bagian.  Setelahnya, dengan percaya diri aku lumuri garam dan bubuk bawang putih.  Diamkan 30 menit menurut rumusku, supaya resap.  Terakhir aku goreng deh di minyak panas mirip abang gorengan.

Ehhhmmm...kenapa penampilannya tidak wokeh yah kataku dalam hati.  Nyerah, aku pun bertanya kepada ahlinya, mamaku.  "Ma, goreng singkong itu langsung atau direbus dulu sih?  Ini singkong dari Yossie, katanya gembur dan bisa langsung goreng.  Tetapi kenapa ini kelihatannya kaku yah, kenapa tidak seperti singkong abang-abang yah?"

Menurut mama, no problem boleh direbus dan juga boleh langsung.  Tergantung jenis singkongnya, bagus atau tidak.  Lalu mama menyarankan, dicoba saja dulu yang sudah digoreng itu rasanya bagaimana. 

"Woww.....cakepp....ternyata don't judge the book from the cover!  Walau casing terlihat kaku, tetapi begitu dimakan, renyah, gembur!" kataku segera setelah mencoba satu singkong.  Maka lanjutlah aku semangat menggoreng sisanya.

Sore ini kami pun menikmati singkong goreng di tengah rintik hujan.  Jangan heran kalau kami menikmatinya dengan cabe rawit, itu cuma kebiasaan saja.  Seperti dulu sewaktu aku kecil di Kalimantan Timur, singkong goreng bahkan dinikmati dengan sambel kacang.

Begitu deh diary, ceritaku tentang singkong.  Ilmu baru yang aku pelajari karena kiriman dari tetangga depan rumah.  Kesimpulannya menurut orang rumahku, singkongnya enak, renyah dan bumbunya juga cocok.  Terbukti tandas, licin seketika!

Oiya, satu pelajaran buatku dan kedua anakku yang tadi ikutan menatapi singkong.  Bahwa hal-hal sederhana ternyata belum tentu kita bisa dan tahu melakukannya.  Jadi, hidup adalah sebuah perjalanan panjang untuk belajar, dan belajarlah tentang apa saja.  Tidak perlu malu untuk belajar, kalau memang tidak tahu.

Sudahan dulu yah diary, terima kasih untuk menjadi tempatku berbagi.

Jakarta, 4 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun