Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyoal "Moral" yang Hilang Dampak PJJ, Ortu ke Mana?

16 Februari 2021   04:24 Diperbarui: 16 Februari 2021   05:53 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka saya memahami mengapa ada "dua jagoan cilik" di group WA anak bungsu saya.  Mereka kehilangan sosok orang tua.  Mereka tidak memiliki nilai moral.  Nilai yang harusnya berakar di keluarga.  Tetapi, kini berangsur-angsur digeser menjadi tanggungjawab sekolah.

Mungkin ada yang penasaran, apa sih nilai moral?

Menurut wikipedia Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.

Moral adalah produk dari budaya dan Agama.  Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.

Nah, nilai moral inilah yang tidak tersentuh saat PJJ, kenapa?  Yah, karena anak-anak tidak berinteraksi sebagaimana layaknya manusia sebagai makhluk sosial.  Tetapi, harusnya nilai ini menjadi tanggungjawab orang tua. Menanamkan prinsip menghormati, disipilin dan bertanggungjawab adalah hal yang mendasar.  Terlebih jika di usia anak SMP dan SMA misalnya.  Apa iya, harus guru juga yang berteriak, "Anak-anak tidak boleh mencontek tugas teman."

Menurut saya, penting sedari dini orang tua mendidik dan menanamkan nilai moral yang nantinya membawa si anak menjadi manusia yang pantas.  Ini hal mendasar yang menjadi bekal untuk si anak ketika dewasa.  Diberikan oleh orang tua karena cinta dan kasihnya agar anak tidak bermasalah dalam bermasyarakat.  Jika nilai ini dimiliki, maka bermasyarakat atau beretika di dunia nyata ataupun maya tidak menjadi soal.

Ironisnya orang tua saja sudah melempar tanggungjawab mendidik dan mengajar kepada sekolah.  Maka tidak heran anak juga akan melempar semua tanggungjawabnya kepada orang lain, yang dalam hal ini teman-temannya.  Ujungnya mengerikan karena anak akan tumbuh menjadi pribadi yang hanya bisa menyalahkan orang lain.  Tidak bercermin justru sumber kekacauan sesungguhnya adalah dirinya sendiri!

Sekali lagi, PJJ memiliki tidak terkatakan persoalannya.  Tetapi, apakah bijak sebagai orang tua hanya bisa menyalahkan sekolah beserta para pengajarnya?  Maaf, meminjam sebuah istilah, "Jangan biasakan melempar handuk."  Maksudnya, jangan biasa melempar kesalahan.

Bertanyalah kita orang tua, kenapa anak saya tidak datang ke saya ketika mereka mengalami kesulitan?  Kemana saya selama ini?

Sekalipun mungkin orang tua bekerja, tetapi komunikasi harus dibuat!  Khan tidak bekerja 24 jam, apalagi sekarang ada banyak cara untuk berkomunikasi.  Di atas semua itu, anak tersebut memiliki orang tua yang harusnya memiliki rasa sayang, cinta dan peduli melebihi gurunya.

PJJ yang tidak sempurna ini sebenarnya kesempatan untuk kita orang tua dekat dengan anak,  Mencoba meringankan kesulitannya bersama-sama.  Orang tua melakukannya bukan karena pintar, tetapi karena rasa sayang kepada anaknya.  Percayalah, di setiap kesulitan selalu ada solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun