Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Pejuang LDR (Sudah Lama)

14 Februari 2021   03:36 Diperbarui: 14 Februari 2021   04:02 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.washingtonblade.com/

Hi Diary, aku kok jadi ingin curhat sih ke kamu.  Berbagi sedikit keseruan dalam hidupku yang penuh kejutan.  Lagi-lagi ini ulah Kompasiana karena mengangkat topik LDR (Long Distance Relationship) menyambut Valentine yang kali ini direcokin pandemi.

Sssttt....soalnya begini loh diary, kebetulan tanggal 2 Februari lalu aku dan pasangan baru merayakan 19 tahun perjalanan cinta kami.  Heheh...tadinya aku tidak mau menuliskannya dalam artikel.  Tetapi topik LDR membuat aku ngakak ingat perjalanan pernikahan kami hingga ke detik ini.

Percayalah, tentang LDR aku layak dapat summa cum laude!  Hahhahah...becanda diary.  Tetapi dengar dulu ceritaku tentang 19 tahun lalu ketika aku dan pasangan menikah.  Waktu itu tahun 2002 Jakarta dilanda banjir besar.  Monggo googling banjir besar Jakarta di tahun 2002!  Wuiihhhh....keseruannya tiada taranya!

Kocak, ada loh tamu yang menghadiri pesta kami numpang gerobak!  Bahkan salah seorang atasanku seorang expatriates rela mobil mewahnya terendam parah.  Apalagi kalau bukan demi menghadiri pesta pernikahan sekretarisnya yang gokil ini. Hahah... begitulah kenangan, selalu menyimpan ceritanya sendiri dan menjadi manis akhirnya.

Lalu setahun kemudian pasanganku harus bertugas di Surabaya.  Sedangkan aku sementara waktu di Jakarta bersama orang tua.  Meriah, dan sangat meriah karena disaat kehamilan anak pertama. aku harus menjalani sendiri.  Hanya jika suamiku sedang off 2 bulan sekali maka dirinya akan menemaniku ke dokter kandungan.  Selebihnya, hehehhe...aku sendirianlah!

Ingat banget waktu itu zaman blackberry, maka jadilah setiap hari kami saling menanyakan kabar via BB.  Termasuk pasanganku menanyakan hari ini sedang kepingin makan apa?  Lalu ditanyanya, sudah kesampaian belum?  Hehehe...lucu nggak sih?  Aku yang ngidam, tetapi aku juga yang cari sendiri.

Hikkss...harusnya sih sedih, tetapi enggak tuh.  Mungkin karena suamiku selalu menanyakan kabar kebangetan rutin.  Kebetulan juga aku ini tipikal cuek, dan tidak menuntut banyak dari pasangan.

Menurutku, kondisi yang ada sudah cukup sulit untuk kami.  Jadi untuk apa juga pikiran dipenuhi dengan narasi khayalan nggak penting.  Harus saling jaga dan saling percaya, begitu saja supaya pikiran tidak teracuni yang aneh-aneh.

Kamu tahu diary, sangking jagoannya aku, ketika melahirkanpun aku pergi sendirian ke rumah sakit.  Hahahah...

Begini ceritanya, sebulan sebelum jadwal perkiraan aku melahirkan, suami sudah bicara ke dokter kandungan kami.  Memberikan kepercayaan penuh kepada dokter jika ada tindakan medis yang harus dilakukan.  Maka jadilah aku pergi melahirkan sendirian.  Iya, aku harus caesar karena nampaknya anak pertama kami kebangetan betah dikandungan.

"Mama, bapak, besok aku mau melahirkan.  Jadi aku akan nginap di rumah sakit selama 4 hari 3 malam untuk caesar," pamit aku kepada orang tua sehari sebelum berangkat ke rumah sakit.  Sambil menjelaskan bahwa suamiku akan menyusul sesegeranya dari Surabaya.

Mungkin ada pertanyaan, kok nggak minta anter mama atau bapak saja?  Maaf, tidak bisa diary, karena mamaku stroke, sedang bapak stroke ringan jadi suka lupa-lupa begitu.  Lha, wong pernah ke pasar nyetir mobil, tapi pulang naik angkot.   Terus di rumah nanyain mobil kemana, siapa yang pakai?  Hahhaha...dubraakkk bangetlah si bapakku.

Wokeh, lanjut yah ceritanya.  Berangkatlah aku dengan taxi sambil membawa tas berisi perlengkapan bayi dan baju gantiku.  Lalu aku mendaftar sendiri, sambil menjelaskan bahwa penanggungjawab kelahiran nanti adalah dokter kandunganku.  Ini sudah dibicarakan sebelumnya oleh suami, begitu kataku di bagian pendaftaran.

Singkat cerita setelah diperiksa ini dan itu, lalu aku masuk kamar dan rebahan sendirian sambil mempersiapkan diri untuk esok pagi dioperasi caesar karena kehamilan sudah lewat bulan.

"Sssttt...ssttt...suara berbisik datang dari balik pintu."  Hahahah....itu suamiku datang tengah malam rupanya.  Tetapi tidak bisa masuk kamar karena takut ketahuan suster.  Lalu pasanganku ini memberi kode menyemangatiku dan berbisik dirinya tidur di luar.

Besok paginya sebelum dibawa ke kamar operasi, aku dikejutkan dengan kehadiran keluarga besar, lengkap di koridor rumah sakit!  Pastinya ada suami, orang tua, mertua dari Medan, dan adek-adekku.  "Wowww...kataku dalam hati, wokeh aku harus siap!"

"Oeee...oeee....seorang bayi perempuan mungil dan gendut lahir dari rahimku.  Aku sudah menjadi mama tepat 5 November 2003 pukul 06.30 WIB!"

Diary, keseruan LDR ku berlanjut ke episode berikutnya.  Kehadiran anak kami yang kedua pun tidak jauh berbeda dengan yang pertama.  Iya, aku harus sendirian, ketika melahirkan.

Tarik nafas dalam-dalam diary.  Tenang, aku dan suami terbilang unik.  Kami menjalani pernikahan ini penuh dinamika dengan selalu mengucap syukur.  Aku menerima saat Tuhan memberikanku pasangan hidup yang nyaris seluruh usia pernikahan kami dipisahkan oleh jarak.  Pekerjaan pasanganku menghendakinya lebih banyak di site, entah di Surabaya, Kalimantan, Sumatra atau Lombok.

Aku kenyang jatuh bangun sendirian bergumul saat membesarkan kedua anak kami.  Beberapa kali si bungsu harus dirawat di rumah sakit semua aku jalani sendirian, termasuk ketika harus masuk ICU.  

Aku harus dewasa, karena sadar suami harus memastikan pekerjaan di site bisa dipercayakan kepada orang lain dulu.  Nggak bisalah main kabur ke Jakarta, sekalipun demi anak.  

Pernikahan ini kami jalani dengan saling percaya.  Membesarkan dan membentuk karakter kedua buah hati kami menjadi tanggungjawabku.  

Komunikasi suamiku kepada anak-anak tidak pernah absent satu haripun!  Selalu disempatkannya menanyakan kabarku dan anak-anak.  Entah itu menelpon atau pun chattingan karena khan sudah ada Whatsapp sekarang.

Oiya, sebelum pandemi, setiap kali suamiku off, maka seluruh urusan anak beralih kepadanya.  Mengantar, menjemput sekolah dan les jadi tugasnya.  Bukan karena diminta, tetapi karena dirinya sendiri yang mau.  Menebus waktu terhilang begitu katanya.

Aku tidak bilang 19 tahun LDR berjalan mudah, terbukti banyak cerita di dalamnya.  Tetapi, jika Tuhan izinkan kami bersama membesarkan kedua buah hati dengan segala keterbatasan jarak, maka semua itu bukan kebetulan.  

Tetapi, karena ada cinta dan kasih sayang yang mempersatukan.  Sehingga tidak satu dari kami ingin melukai pasangannya.  Termasuk anak-anak yang telah berangkat remaja menerima papanya harus bekerja jauh. 

Sejatinya cinta dan sayang bukan di mulut.  Tetapi diungkapkan lewat perbuatan.

Begitu deh ceritaku diary, kertasku tak bergaris.

Jakarta, 14 Februari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun