Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Pejuang LDR (Sudah Lama)

14 Februari 2021   03:36 Diperbarui: 14 Februari 2021   04:02 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.washingtonblade.com/

Mungkin ada pertanyaan, kok nggak minta anter mama atau bapak saja?  Maaf, tidak bisa diary, karena mamaku stroke, sedang bapak stroke ringan jadi suka lupa-lupa begitu.  Lha, wong pernah ke pasar nyetir mobil, tapi pulang naik angkot.   Terus di rumah nanyain mobil kemana, siapa yang pakai?  Hahhaha...dubraakkk bangetlah si bapakku.

Wokeh, lanjut yah ceritanya.  Berangkatlah aku dengan taxi sambil membawa tas berisi perlengkapan bayi dan baju gantiku.  Lalu aku mendaftar sendiri, sambil menjelaskan bahwa penanggungjawab kelahiran nanti adalah dokter kandunganku.  Ini sudah dibicarakan sebelumnya oleh suami, begitu kataku di bagian pendaftaran.

Singkat cerita setelah diperiksa ini dan itu, lalu aku masuk kamar dan rebahan sendirian sambil mempersiapkan diri untuk esok pagi dioperasi caesar karena kehamilan sudah lewat bulan.

"Sssttt...ssttt...suara berbisik datang dari balik pintu."  Hahahah....itu suamiku datang tengah malam rupanya.  Tetapi tidak bisa masuk kamar karena takut ketahuan suster.  Lalu pasanganku ini memberi kode menyemangatiku dan berbisik dirinya tidur di luar.

Besok paginya sebelum dibawa ke kamar operasi, aku dikejutkan dengan kehadiran keluarga besar, lengkap di koridor rumah sakit!  Pastinya ada suami, orang tua, mertua dari Medan, dan adek-adekku.  "Wowww...kataku dalam hati, wokeh aku harus siap!"

"Oeee...oeee....seorang bayi perempuan mungil dan gendut lahir dari rahimku.  Aku sudah menjadi mama tepat 5 November 2003 pukul 06.30 WIB!"

Diary, keseruan LDR ku berlanjut ke episode berikutnya.  Kehadiran anak kami yang kedua pun tidak jauh berbeda dengan yang pertama.  Iya, aku harus sendirian, ketika melahirkan.

Tarik nafas dalam-dalam diary.  Tenang, aku dan suami terbilang unik.  Kami menjalani pernikahan ini penuh dinamika dengan selalu mengucap syukur.  Aku menerima saat Tuhan memberikanku pasangan hidup yang nyaris seluruh usia pernikahan kami dipisahkan oleh jarak.  Pekerjaan pasanganku menghendakinya lebih banyak di site, entah di Surabaya, Kalimantan, Sumatra atau Lombok.

Aku kenyang jatuh bangun sendirian bergumul saat membesarkan kedua anak kami.  Beberapa kali si bungsu harus dirawat di rumah sakit semua aku jalani sendirian, termasuk ketika harus masuk ICU.  

Aku harus dewasa, karena sadar suami harus memastikan pekerjaan di site bisa dipercayakan kepada orang lain dulu.  Nggak bisalah main kabur ke Jakarta, sekalipun demi anak.  

Pernikahan ini kami jalani dengan saling percaya.  Membesarkan dan membentuk karakter kedua buah hati kami menjadi tanggungjawabku.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun