Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Me Time, Apakah Saya Egois?

2 Februari 2021   22:08 Diperbarui: 2 Februari 2021   22:25 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
balancedworklife.com

Disadari atau tidak, rutinitas sering memenjarakan.  Kita terjebak di situasi "menyenangkan" orang lain, tetapi melupakan diri sendiri.  Ini ironis, menyenangkan orang lain tetapi diri sendiri dicuekin?  Ehhmmm...  apalagi penyebabnya kalau bukan label "tanggungjawab" yang sering jadi boomerang bikin kepala benjol.

Di kehidupan kita mempunyai peran masing-masing, sebagai atasan, karyawan, orang tua, suami, istri, ibu, bahkan anak!   Sejatinya sih, kehidupan membuat kita hidup, bukan justru mati karena seluruh hidup kita dikontrol oleh rutinitas.  Tetapi begitu deh yang terjadi, rutinitas membelenggu kita.

Nah, pernah dengar istilah keren "worklife" di dunia kerja? Arti sederhananya antara pekerjaan dan kehidupan harus seimbang supaya apa yang dikerjakan menghasilkan hasil memuaskan.

Uuppsss...berhubung saya sudah jadi ibu, jadi penasaran bagaimana dengan posisi tak bergaji bernama ibu rumah tangga?  Mereka inilah yang menyandang panggilan ibu, mama, bunda, atau mbok.  Apakah mungkin istilah keren ini juga berlaku untuk mereka? 

Bukan karena saya sekarang juga seorang ibu. Faktanya sosok inilah yang rela memberikan hidupnya untuk mengurus keluarga tercintanya.  Dimulai sejak matahari masih malu keluar di subuh hari, hingga akhirnya terbenam, berganti tugas dengan bulan.

Bejibun begitu istilah untuk tanggungjawab seorang ibu rumah tangga.  Beberes rumah, membentuk karakter anak, menjadi guru, sahabat si anak, motivator untuk suami, manager keuangan rumah tangganya, dan itupun tidak sedikit yang juga mempunyai pekerjaan sampingan.  Bahkan, terkadang juga ada peran lainnya di masyarakat!

Pastinya menjadi ibu rumah tangga bukan pekerjaan atau jabatan.  Tetapi sebuah penghargaan mulia dan brilian.  Bayangkan tanggungjawab yang dipikulnya itu melebihi jam kantor.  Bisa jadi, di dalam mimpi pun benaknya terus berpikir, "Ehhhmmm...besok mau masak apa yah.  Besok jam berapa yah zoommeet si kecil."  Terus dan terus benaknya berpikir.  Pertanyaannya untuk siapa?  Siapa lagi kalau bukan keluarga yang begitu dikasihinya!

Saya dulu bekerja dengan segunung tanggungjawab sebagai pekerja.  Tetapi sejak berumahtanga dan terkondisikan harus melepaskan pekerjaan, maka saya "hanya" seorang ibu rumah tangga dengan berbagai peran.  Apakah saya menyesal dan pernah jenuh?

Bohong kalau saya tidak mengaku, karena menjadi ibu itu bak langit dan dasar sumur bedanya!  Luarbiasa memakan seluruh energi, hidup dan kehidupan. 

Seperti kebanyakan perempuan lainnya, saya juga dirindu dipanggil mama.  Hal terindah yang Tuhan berikan dalam kehidupan saya.  Sekalipun saya harus melepas karir demi mengurus kedua buah hati saya.

Tidak bohong, ada titik jenuh saya akan super cuek.  Yup, ada hari dimana saya benar-benar cuek di rumah.  Tidak masak, tidak ngapa-ngapain dan hanya leyeh-leyeh di rumah.

"Dek, hari ini tumben tidak masak?" begitu sempat pasanganku bertanya.

"Mama, hari ini lagi mau santai-santai yah?" begitu juga pernah ditanyakan kedua buah hatiku.

Iya, di hari saya "kumat" berarti saya sudah kebangetan jenuh.  Di titik itulah saya menghadiahi diri sendiri.  Lha...iyalahh...siapa lagi yang mau memberi saya hadiah.

Kegilaan yang akan saya lakukan super cuek memesan makanan lewat aplikasi, atau hanya sekedar menyibukkan diri dengan apa yang saya suka.  Misalnya, seharian di kamar menulis, atau seharian di dapur memasak rupa-rupa kue, tetapi tidak ada lauk!   Hahahah....karena saya memang suka memasak kue dan puding, bagaimana dong.  Heheh...

Bahkan sebelum pandemi, dengan santainya saya jalan-jalan bersama teman.  Tetapi, tetap dong, saya pastikan dulu keluarga aman.  Memberitahu kalau saya mau "happy-happy," atau yah sediakan ceplok telur sementara untuk ganjel perut hari itu.  Apakah ini berarti saya egois dan tidak bertanggungjawab?  Menurut saya sih tidak!  Kondisi "me time" itu perlu loh untuk seorang ibu!

Kocaknya, sebagian orang mengganggap atau menilai ini tidak perlu, dan ini ibu egois.  Ini serius, masih banyak yang beranggapan jika sudah berumahtangga, dan menjadi ibu berarti yah total "mengabdi" untuk keluarga dong.

Dubrraaakkk!!!!....Maaf, ini pendapat kuno!  Sebelumnya, (maaf) ibu rumah tangga bukanlah pekerja rodi!  Dia adalah sosok yang rela memberikan hidupnya untuk kebahagiaan keluarganya.  Dia juga manusia yang butuh dicintai oleh keluarganya!  Bukan diambil kehidupannya dengan menenggelamkannya di berbagai rutinitas dan diberi label tanggungjawab.  Terpenting, ibu rumah tangga juga manusia yang bisa lelah, dan jenuh seperti mereka yang bekerja di kantor dan memiliki jabatan serta penghasilan.

Inilah saya, dengan "me time" yang bisa mengembalikan kembali semangat saya.  Memberikan waktu kepada diri sendiri untuk melakukan apa saja yang saya mau.  Kebetulan jika di titik ini, keluarga saya yang terkasih itu tidak mengusik.  Mereka paham banget, dan di saat saya kumat itu mereka mencari jalannya sendiri.

Jadi, menurut saya, workllife tidak milik mereka yang bekerja formal saja.  Tetapi, ibu rumah tangga juga perlu, dan namanya "me time".  Beda nama, tetapi satu tujuan, mengembalikan semangat.

Di atas segalanya, saya mencintai keluarga melebihi diri sendiri.  Mungkin inilah naluri seorang ibu rumah tangga, tanggungjawab yang melebihi akal sehat.  Sesekali "me time" rasanya tidak dosa dong.  Heheh...

Jakarta, 2 Februari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun