Ketika bapakku berpulang beberapa tahun lalu, aku kembali tidak menyangka kalau ibu ini ikut merasa kehilangan sangat. Â Di satu kesempatan saat mengantar pesanan kami, dihampirinya aku. Â Tangannya yang kini sudah tua itu mengelus pundakku.
Aku paham ibu ini ingin memberiku kekuatan. Â Hanya saja aku nggak nyangka ibu ini begitu sedih, dan melihatnya mencoba menyembunyikan airmata, dihapus dan digantinya dengan senyum. Â Termasuk ketika aku juga memberikan beberapa lembar uang ribuan seperti kebiasaan bapak.Â
Aku melihat matanya kembali basah, dan kembali tangannya mengusap pundakku, lalu kedua telapak tangannya dikatupkan seperti orang berdoa. Â "Iya terima kasih kataku," dengan mulutku yang mencoba memperjelas komunikasi kami.
Ibu Gagu hanya satu dari sekian banyak orang yang melintas dalam kehidupanku. Â Mengenalnya sejak aku masih kanak-kanak hingga aku sudah menjadi seorang ibu. Â
Tidak terasa kehadirannya yang sekilas dalam kehidupan keluargaku ternyata mempunyai arti yang besar untuknya. Â Termasuk ketika anak-anakku beranjak remaja. Â Sesekali aku melihat si ibu bercanda dengan kedua anakku yang membantunya mengangkat galon atau pun tabung gas.
Seingatku tidak pernah ibu ini tidak bercanda. Â Tidak pernah tidak tertawa, dan tidak pernah diam. Â Selalu kehadirannya membuat ramai isi rumahku. Â Padahal hidupnya sepi karena tidak mendengar.
Inilah sepenggal ceritaku tentang Ibu Gagu, yang sejak setahun lalu sudah tidak lagi bekerja di toko kelontong itu. Â Usianya yang semakin tua membuatnya tidak mungkin lagi mendorong gas trolley. Â
Kembali menurut pemilik toko kelontong, dengan berbahasa isyarat si ibu pamit mau pulang kampung katanya. Â Tetapi, tidak ada yang tahu persisnya dimana, hanya dengan suara auuh...auh...dan tangannya memberi isyarat jauh.
Satu pelajaran berharga dari mereka yang hidup dalam kondisi keterbatasan fisik. Â Ada banyak dari mereka yang tidak ingin dikasihani, dan memilih mandiri, berbuat dengan apa yang bisa. Â Ibu Gagu contohnya, di dalam sepinya mampu membuat orang lain tertawa bahagia.
Justru dari mereka kita belajar untuk menghargai hidup, dan selalu bersyukur. Â Melihat keterbatasan dengan cara pandang optimis.
Tidak tahu dimana keberadaannya. Â Semoga Ibu Gagu dalam kondisi baik. Amen.