Gia memang super kesal dengan ulah papanya yang selalu bersungut disaat kondisi buruk ini. Â Kalau bukan karena mama yang meminta bersabar, maka rasanya ingin membalas segala ocehan papa.
"Papamu kecewa dengan kondisi ini. Â Mengerti, tidak seharusnya orang tua bersungut. Â Tetapi, orang tua, tetaplah orang tua dengan segala keterbatasan. Â Mencobalah untuk memaafkan, dengan tidak memperburuk kondisi kita," begitu lembut mama meminta selalu.
Kembali malam setia menemani Gia menyelesaikan tugas sekolahnya. Â Gia memang menyukai malam untuk belajar, lebih tenang katanya. Â Tetapi, lagi-lagi tamu itu mencoba mencuri perhatian Gia, memandangnya lekat dari garasi.
"Lihat aku, aku melihatmu disini. Â Tumpahkan saja isi hatimu, aku punya jawab untukmu," suara tak terdengar itu seolah berbisik di benak Gia.
"Abaikan dia, dan jangan tengok ke arah itu," hati kecil Gia terdengar mengingatkan keras. Â Jujurnya Gia memang sedang kesal terhadap sikap bossy papanya. Â Penasaran saja, apa sih maunya si Mr. Black.
Hehehe...Mr. Black, begitu Gia menamai sosok hitam itu.
Bukan sekali, tetapi bayang itu terus mencoba mengusik. Â Mencari celah di saat kecewa dan amarah manusia. Â Tetapi tidak untuk mama yang selalu menengahi setiap kali kondisi tegang terjadi antara Gia dan papa.
"Jangan pernah mendengar Mr. Black. Â Setiap kali bayang dan suara itu datang, langsung sebut nama Tuhan," kata mama mengingatkan.
Bayang itu sesekali masih muncul. Â Mama sendiri pernah melihatnya "siluet" hitam melintas menghindar saat mama keluar kamar.
Mama benar, bayang itu adalah amarah. Â Sikap tenang dan hati bersih mama membuat Mr Black takut dan menjauh. Â Ehhhmmm...aku harus bisa menghilangkan kekesalan dan amarahku ke papa. Â Berdoa, sesegeranya kondisi membaik sehingga tidak ada lagi api di keluarga kami.
Jakarta, 19 November 2020