Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Hujan dan Dirimu

16 November 2020   15:34 Diperbarui: 16 November 2020   15:58 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menyukai hujan, dingin menyejukkan, dan aku juga suka aroma air yang terasa segar bagiku.  Bahkan gemericik tetesnya saat jatuh di rerumputan begitu indah di telingaku.  Itu sebabnya saat hujan, justru aku membuka jendela.  Memandang jauh ke keluar dan menikmatinya.

Sore ini hujan, dan hal bodoh itu kembali kulakukan.  Berbedanya tiba-tiba aku mengingat cintaku.  Ehhhmmm...cinta?  Jujur aku sendiri tidak tahu apakah itu cinta atau bukan.  Pastinya namanya selalu bersamaku, bahkan hingga kini.  Ssstt...jangan bilang-bilang karena selain malu, ada penyesalan itu.

Nggak sengaja aku tersenyum, kenangan belasan tahun itu kembali.

"Kamu belum pulang?  Bukannya biasanya kamu dijemput?" suara ramahmu menganggetkan aku.  Nggak nyangka karena cowok sepopuler kamu bisa tahu kalau aku memang biasa dijemput.  Apalagi, suaramu yang ramah itu kok beda banget dengan keseharianmu di kelas.

'Duuhh...kenapa dia.  Pleasee...jangan biarkan makhluk ini disini.  Aku nggak mau diisenginnya!' usirku dalam hati ngarep banget.

Masih aku ingat ulah usilnya menaruh puisi cinta di majalah dinding kami atau kirim salamnya lewat radio sekolah kami.  Cowok aneh, dikelilingi cewek-cewek sejibun tapi kok masih ngegombal.  Apa dipikirnya, aku ini bakal klepek-klepek?  Hahahh...no way!

"Kamu sakit gigi?" tanyamu mulai kumat.

"Kata orang, dan menurut lagu dangdut, lebih baik sakit gigi daripada sakit hati."

"Percaya nggak percaya aku sudah ngebuktiin, dan rasanya memang sakit.  Kecuali kamu mau ngobatinnya."

"Brengsek kataku dalam hati, kenapa juga hari ini mobil jemputan mogok dan hujan semakin deras.  Puyeng banget ngedengerin cowok sebelah ini ngoceh," batinku.

Bukannya pergi, tetapi ketika itu dirimu justru menarik lenganku.  Bodohnya, aku justru pasrah mengikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun