"Siang pak, yup saya Sissy dari IPA 2. Â Saya belum pulang karena nungguin bapak. Â Ehmm...tepatnya mau menanyakan materi yang kurang jelas," lincahnya si Sissy mulai berstrategi pendekatan.
Donny atau Pak Donny secara umur sih terbilang muda. Â Mengajar di sekolah Sissy adalah kali pertamanya. Â Lulusan perguruan tinggi ternama kota Gudeg ini memang asyik orangnya. Â Sehingga tidak ada jurang menyolok yang membedakan antara guru dan murid.
Hari-hari berjalan terbilang indah untuk Sissy. Â Keterbukaan Donny sebagai guru seperti embun pagi yang meneduhkan bagi Sissy. Â Di luar sekolah hubungan Sissy dengan gurunya ini ibarat teman atau mungkin kakak. Â Terkadang mereka janjian nonton bareng, tetapi bukan berdua.
Beberapa anak pun ikutan nimbrung. Â Hingga suatu sore Sissy dan teman-teman kembali janjian nonton bareng dengan Pak Donny, tetapi kali ini ada seorang cewek pendatang baru. Â Gadis mungil berwajah cantik serta lembut menyapa Sissy dengan ramahnya.
"Kamu pasti Sissy khan? Â Mas Donny sering cerita tentang kamu. Â Kenalkan namaku Alea, dan aku tunangan Mas Donny. Â Kebetulan aku tidak tinggal di Jakarta, dan baru semalam tiba dari Jogya karena ada tugas beberapa hari disini." Bla...bla..dan bla...Alea mengoceh yang bak petir di siang bolong bagi Sissy.
Sejak saat itu semua menjadi kelabu bagi Sissy. Â Hari Selasa tidak lagi menjadi harinya, melainkan menjadi kiamat yang sebisanya ingin dihindari. Â Mending gua mati. Â Dasar muka tembok dan GR banget gua selama ini mengira Pak Donny suka sama gua," curhat Sissy terbata kepada sahabatnya, Dea.
Cerita mendadak berubah bak siang dan malam. Â Hingga suatu ketika Pak Donny memanggilnya saat mereka berpapasan di halaman sekolah.
"Sissy, boleh nanti kita ketemuan setelah pulang sekolah?" tanya Pak Donny yang bikin jantung Sissy copot. Â Gila...gimana urusannya ini? Â Bagaimana kalau si Donny tahu gua suka sama dia, dan gua cemburu kalau dia sudah punya Alea," panik Sissy mencoba menguasai diri.
Seperti telah disepakati pulang sekolah mereka bertemu, dan dengan dibonceng sepeda motor mereka pulang bersama. Â Berbeda dari hari-hari sebelumnya maka perjalanan kali ini sunyi diantara keduanya.
Hingga sampai di depan rumah Sissy barulah Donny bersuara. Â "Ehhmm...kamu nggak ngajak aku masuk Sy? Â Boleh kita bicara sebentar saja?" suara Donny memberanikan diri.
Copot jantung Sissy, dan mendadak kakinya lemes tak mampu berjalan. Â Bagaimana ini urusannya. Â Betapa bodohnya gua murahan banget selama ini nunjukkin rasa suka gua," batin Sissy dalam hati. Â Walau kemudian mempersilahkan Donny untuk masuk dan duduk di teras rumahnya.