Sreg...sreg...ibu terlihat sibuk mengolah. Â Menumis bumbunya terlebih dahulu, dan barulah kemudian ayam dicemplungkan, berendam dalam air yang dituangkan setelahnya. Â Ditunggu...ditunggu dan ditunggu hingga beberapa lama. Â Setelah menyusut, masukan lagi air sekedarnya, dan biarkan menyusut baru campurkan lagi irisan cabe rawit, cabe kriting, potongan tomat, dan daun kemangi.
Ting..nong..terdengar suara bel rumah. Â Ehhmm..sepertinya sih itu eyang sudah datang. Â "Na...Nana...mana kamu Na," teriak eyang yang sudah berada di depan pintu.
Bergegas ibu berlari ke ruang tamu menyambut eyang, dan meninggalkan woku ayam yang pas banget sudah selesai.
Terlihat Nana keluar dari kamarnya dan memberikan salam kepada kedua eyangnya. Â "Ehhmm...harum opo iki?" suara eyang kakung sambil mengedus dan mengelus perutnya.
"Tara...itu ayam woku, eyang. Â Yuks...kita makan aja langsung, aku sudah lapar banget, dan kangen masakan ibu," bawelnya si Nana nyerocos.
Ibu pun terlihat sudah menyajikan semuanya tertata rapi di atas meja. Â Disamping woku ada juga tumis pare menemanin.
"Ehhmm...ehmm...," terdengar datar suara Nana, dan air mukanya juga terlihat tanpa ekspresi.
Sementara eyang kakung dan eyang uti juga terlihat kompak menunjukkan muka tanpa ekspresi milik Nana itu.
"Lho..loh..kok mukanya ditekuk gitu toh. Â Kepedesan, nggak enaknya yah?" tanya ibu menangkap kecurigaan. Â Kemudian ibu pun mencoba woku ayam itu, sembari siap-siap jika pedas. Â Ternyata, dan ternyata rasanya hambar babablas!!!
"Iiih...ibu, kok begini sih, nggak ada rasanya bu. Â Hanya terasa pedas doang, nggak beres ini bu," kembali Nana berisik sekali menunjukkan muka kecewanya.
"Sstt..ndak boleh begitu. Â Sepertinya ibumu lupa menaruh garam," sahut eyang uti mencoba menetralkan suasana.