Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembicaraan di Dapur

4 Oktober 2020   17:59 Diperbarui: 4 Oktober 2020   18:04 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.goodnewsfromindonesia.id/

Sreg...sreg...ibu terlihat sibuk mengolah.  Menumis bumbunya terlebih dahulu, dan barulah kemudian ayam dicemplungkan, berendam dalam air yang dituangkan setelahnya.  Ditunggu...ditunggu dan ditunggu hingga beberapa lama.  Setelah menyusut, masukan lagi air sekedarnya, dan biarkan menyusut baru campurkan lagi irisan cabe rawit, cabe kriting, potongan tomat, dan daun kemangi.

Ting..nong..terdengar suara bel rumah.  Ehhmm..sepertinya sih itu eyang sudah datang.  "Na...Nana...mana kamu Na," teriak eyang yang sudah berada di depan pintu.

Bergegas ibu berlari ke ruang tamu menyambut eyang, dan meninggalkan woku ayam yang pas banget sudah selesai.

Terlihat Nana keluar dari kamarnya dan memberikan salam kepada kedua eyangnya.  "Ehhmm...harum opo iki?" suara eyang kakung sambil mengedus dan mengelus perutnya.

"Tara...itu ayam woku, eyang.  Yuks...kita makan aja langsung, aku sudah lapar banget, dan kangen masakan ibu," bawelnya si Nana nyerocos.

Ibu pun terlihat sudah menyajikan semuanya tertata rapi di atas meja.  Disamping woku ada juga tumis pare menemanin.

"Ehhmm...ehmm...," terdengar datar suara Nana, dan air mukanya juga terlihat tanpa ekspresi.

Sementara eyang kakung dan eyang uti juga terlihat kompak menunjukkan muka tanpa ekspresi milik Nana itu.

"Lho..loh..kok mukanya ditekuk gitu toh.  Kepedesan, nggak enaknya yah?" tanya ibu menangkap kecurigaan.  Kemudian ibu pun mencoba woku ayam itu, sembari siap-siap jika pedas.  Ternyata, dan ternyata rasanya hambar babablas!!!

"Iiih...ibu, kok begini sih, nggak ada rasanya bu.  Hanya terasa pedas doang, nggak beres ini bu," kembali Nana berisik sekali menunjukkan muka kecewanya.

"Sstt..ndak boleh begitu.  Sepertinya ibumu lupa menaruh garam," sahut eyang uti mencoba menetralkan suasana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun