Hari-hari di rumah sakit menjadi menyiksa untuk Dini beserta kedua adeknya yang menjaga disana. Melihat orang yang dikasihinya koma berminggu-minggu, tanpa bisa berbuat apapun, itu menyedihkan sekali. Berasa jadi anak tak berguna. Kalaupun mata itu terbuka hanya pandangan kosong, seolah hanya tubuhnya saja yang terbaring disana.
Seperti biasanya pagi itu Dini datang ke rumah sakit membawa segala keperluan berjaga. Â Kaget luar biasa karena kamar papa terlihat terang sekali, sangat terang. Â
"Sis, Jo, kok tumben sih kamar papa terang sekali? Â Kamar ini bercahaya sekali, dan lihat papa kita terlihat terang," bersemangat Dini bertanya kepada kedua adeknya yang memang selama ini menjaga papa.
Sayang kedua adeknya tidak merasakan perbedaan. Â "Ah, nggak kok kak. Â Biasa aja deh perasaan. Â Mungkin kakak aja sedang capek, jadi halu," begitu jawab mereka. Â Meski tetap saja Dini merasakan hari itu ada berbedaan yang sangat.Â
Kejadian itu tidak hanya sekali, beberapa kali Dini mendapati kamar papa terlihat sangat terang. Â Bedanya, kali berikut Dini hanya diam. Pernah satu ketika saat hanya Dini di kamar itu, mata papa terlihat memandang satu arah. Â
Lalu terdengar suaranya bergumam seperti sedang berkata, entah apa.Â
"Pa, papa lihat apa, lihat siapa pa?" tanya Dini yang merasa bahwa saat itu sepertinya akan segera tiba.
Tuhan itu baik, dan sangat baik itu benar. Â Didalam kondisi papa, Dia masih memberikan kesempatan kepada papa untuk merayakan Paskah, dan 50 tahun perkawinannya dengan wanita yang sangat dicintainya, mama.
Beberapa hari kemudian Dia yang maha baik itu menjemput papa untuk pulang ke rumahNya. Dini beruntung sepulang gereja diberikan kesempatan untuk berdoa dan bernyanyi bersama sebelum papa berpulang pada Senin pagi. Â
Demikian juga kedua adeknya yang menunggui papa selama 3 minggu di rumah sakit dengan cinta. Di depan mata kedua adeknya inilah papa menutup mata untuk selamanya, setelah sebelumnya memandangi kedua anak yang mengasihinya.
Tidak tahu bagaimana persisnya Tuhan berbicara kepada kita. Â Tetapi, saat itu di rumah duka saat papa disemayamkan, dan saat lagu-lagu pujian dinaikkan. Â