Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Sepatu Naik ke Hati

30 September 2020   16:42 Diperbarui: 30 September 2020   18:03 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pikist.com

Pagi menuju siang ketika Zizi didrop bapaknya di pelataran Perkemahan Pramuka Cibubur. Jangan ditanya teriknya matahari, tetapi bukan itu persoalan Zizi.

"Sudah yah Zi, bapak lanjut ke kantor. Nanti sore bapak jemput di sekitar sini. Kamu cari yah nak," begitu pesan bokapnya Zizi. Lalu mobil bapak pun berlahan meninggalkan Zizi yang merasa nyawanya setengah ikut terbawa bapak.

Dipandanginya sepatu kets yang melekat di kakinya, "Sepatu sial, please be nice ke gw yah. Hidup gw sudah susah sejak ospek nggak jelas ini. Lihat kunciran gw sudah melebihi orang gila.  Apa iya, lu tega nambah kesusahan gw?" begitu Zizi bercakap dengan kedua sepatunya.

Percaya diri Zizi berjalan memasuki medan perang ospek penerimaan mahasiswa baru. Wajah-wajah angker kakak senior terlihat lebih serem ketimbang Mbak Kunti dan Mas Gondo di malam Jumat. Tetapi bukan Zizi kalau menyerah, dan dengan senyum mengembang ditebarkannya sejuta pesona. Konon kata orang, ngarep aja ada kakak senior jatuh hati. Maka dijamin semua mulus aman terkendali.

"Siap kak, baik kak! Saya Zizi, anak bawang dari jurusan Front Office," lantang Zizi perkenalkan dirinya, dan tentunya diakhiri senyumnya. Heheh..

Dasar kakak senior, nggak ada tuh senyum balasan mereka. Wajah mereka terlihat lurus seperti habis disetrika. Duh...nyebelin banget. Ssstt...kembali Zizi bercakap dengan sepatunya, meminta mereka untuk bersikap baik.  Wkwkwk...

"Woi...kamu yang senyam senyum kecentilan, sini kamu!" teriak kakak sangar memanggilnya.

"Siap kak, baik kak! Saya Zizi, anak bawang dari jurusan Front Office siap ikut bimbingan kakak," yakin habis Zizi mendatangi seniornya.

"Kamu, giliran kamu sekarang merayap. Setelah itu kamu masuk ke kolam lumpur itu! Tunggu, kamu bisa berenang tidak, jangan bikin susah kalau tidak bisa," songong banget nih kakak batin Zizi ngedumel. Tetapi nggak ada tuh kata menyerah bagi Zizi.

"Siap kak, saya aman kak," jawab Zizi lantang. Sebenarnya nyalinya ciut, bukan karena takut. Tetapi sepatunya ini yang jadi persoalan, sepatunya kegedean! Duh...nyusahin banget sih, panik si Zizi ketika harus nyemplung. Nggak kebayang kalau itu sepatu ngulah.

"Alamaaak...benar aja khan, sepatunya lepas!" dan Zizi panik di tengah kubangan lumpur sampai akhirnya ditemukannya kembali sepatu kirinya itu.

"Heii...kamu ngapain kamu mandi lumpur.  Mau luluran seperti Cleopatra kamu," teriak si kakak berbadan tinggi tegap itu mengagetkan Zizi, sementara badannya sudah penuh lumpur karena menyelam tadi. Bergegas dirinya mencoba keluar dari lumpur bau itu.

"Ehhhmmm...maaf kak, begini kak. Soalnya ini loh kak, duh bagaimana ini yah," blepotan Zizi mencoba menjelaskan dengan tatapan murka si kakak senior yang sepertinya mau melahap habis dirinya.

"Eh..kamu siapa namamu? Sudah gila yah? Kami minta kamu itu melewati kubangan lumpur, dan bukannya mandi lumpur!"

"Ehhmm..iya kak, siap kak. Saya Zizi anak bawang dari jurusan Front Office. Maaf kak, begini sepatu saya lepas kak, ngambang kak. Lanjut kak supaya sekalian. Ini sepatu kebesaran kak, jadi disumpal dengan koran di ujungnya kak. Terus karena basah jadi lepas kak. Mohon dimaafkan kak," lemes Zizi menjawab sementara badannya mengiggil karena basah, dan bau lumpur tak sedap itu nyesek banget.

Nggak ada jawaban si kakak, kecuali menyuruh Zizi untuk mandi ditemani seorang senior cewek. Kebetulan memang semua peserta diminta membawa perlengkapan ganti. Berjaga saja siapa tahu perlu.

"Zizi, habis mandi kamu ngadep kakak tadi yah," begitu suara ramah kakak senior cewek ini. Satu-satunya suara ramah yang didengar Zizi sejak tadi pagi bokap mengantarkannya. Singkatnya Zizi pun setelahnya mendatangi kakak senior yang tadi menyuruhnya mandi.

"Ehhmm...pakai sandal ini, simpan saja sepatu kamu itu. Terus masuk kamu ke tenda itu, dan bilang ke kakak di dalam kalau kamu disuruh sakit," perintah si kakak yang entah siapa namanya.

"Maaf kak, saya tidak sakit kak. Izinkan saya kembali kak," gebleknya Zizi berusaha untuk menuntaskan ospek itu. Tetapi si kakak cuek dan meninggalkan Zizi sendirian bingung.

"Hei..kamu yang sakit, sini masuk ke tenda ini," terdengar teriakan lain dari tenda seorang kakak senior cewek.

Ehhhmm...ospek yang aneh, dan Zizi melewatinya dengan aman selama 3 hari, kecuali hari sewaktu sepatunya lepas. Hingga suatu hari ketika sedang menunggu bis di depan halte kampusnya seseorang datang.

"Woi..sudah beli sepatu kamu?" suara ramah terdengar menyapa Zizi. Dubraakk....kaget setengah mati si Zizi, ini khan kakak yang nyuruh sakit katanya dalam hati.

"Bengong aja, biasanya kamu suka tersenyum. Mana senyum gombalmu itu, Zizi. Kenalkan namaku Roy, anak Food and Beverage," suara ramah dan tangannya diulurkan untuk berkenalan.

Semriwing Zizi gemetar menerima uluran tangan Kak Roy. Jantungnya berasa copot ngegelinding. Sampai-sampai bis lewat tiga kali dicuekinnya. Sumpah, tuh suara dahsyat banget, dan tangannya ada setrumnya. Hahha...

Sisanya jangan ditanya, dari sepatu naik ke hati. Mereka pun jadian deh. Terima kasih sepatu kegedean, untung kamu kegedean. Kalau enggak, mana bisa cinta itu nyembul ke permukaan. Wkwkwk......

Jakarta, 30 September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun