Bayangkan saja, betapa meriahnya ketika suami dirumahkan, lalu istri kebetulan tidak bekerja, dan anakpun selama pandemi di rumah karena PJJ. Â Nggak kebayang situasi menjadi serba semerawut sementara cacing di perut tidak bisa disuruh diam. Â
Maka yang terjadi adalah adu menang, ngotot mempertahankan pendapat masing-masing. Â Lalu ujungnya adalah berpisah karena sudah tidak lagi sependapat.
Ehhhmmm...miris, karena pernikahan saja dimulai dari 2 jenis kelamin berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan. Â Artinya, pernikahan itu dimulai dari sebuah perbedaan. Â
Tidak mungkin keputusan melanjutkan ke jenjang pernikahan karena kedua pasangan sama dalam segala hal. Â Kenapa? Â Sederhana saja, karena kita menemukan kelebihan dari pasangan kita yang dapat menutupi kekurangan kita. Â
Faktanya, memang tidak ada manusia yang sempurna, dan itu sebabnya di dalam pernikahan harus saling mendukung dan melengkapi.
Pandemi Covid jelas mengerikan. Â Tetapi lari dari kenyataan hingga berujung perceraian karena ekonomi, itu artinya kita tidak menghargai nilai pernikahan itu sendiri. Â Ini lebih mengerikan dari Covid itu sendiri, karena kita kehilangan cinta kepada pasangan kita, dan bahkan anak!
Kemana semua cinta, kasih mula-mula dan perjuangan selama ini? Â Percayalah, perbedaan kita dengan pasangan kita ada untuk saling melengkapi. Â Tetapi semuanya butuh kesabaran, dan komunikasi! Â Bukan emosi sesaat yang akhirnya menyesatkan.
Diibaratkan kapal, maka pernikahan adalah kapal yang sedang berada diatas gelombang badai Covid. Â Tidak bisa diharapkan kemudi hanya kepada nakhoda saja. Â
Dibutuhkan kekompakan dan kerjasama dari seluruh anggota keluarga. Â Bahkan anak pun minimal SMP rasanya cukup untuk diajak berembuk memikirkan kondisi ekonomi keluarga. Â Tentunya dalam kapasitasnya sebagai anak.
Mungkin, ada baiknya di saat ini setiap keluarga saling berpengangan tangan. Â Berpikirlah optimis, dan kembangkan kreativitas untuk mencari peluang baru. Â
Demikian juga, biasakan untuk sertakan Tuhan dalam setiap pergumulan. Â Sebagai umat beragama, kepada Dia kita mengadu, karena Dia jugalah dulu kita dipertemukan dengan pasangan kita.