Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Adakah Pramuka?

15 Agustus 2020   04:16 Diperbarui: 15 Agustus 2020   05:29 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pramuka atau Praja Muda Karana, itulah kenanganku. Iya, dulu aku ini Pramuka. Jangan ditanya betapa bangganya aku. Bahkan rasa bangga itu masih terus ada hingga kini, dan penulis tularkan kepada kedua anak penulis. Maaf, izinkan penulis membagi kebanggaan itu. Tepatnya sih mau pamer boleh dong sekali-sekali. Heheh...

Memilih ekstrakulikuler (ekskul) Pramuka sewaktu penulis di jenjang Sekolah Menengah Atas. Ketika itu sih pilihan ekskul Pramuka dianggap seru karena seperti berpetualang. Meski sebagian teman-teman penulis ada juga yang berpendapat Pramuka itu identik dengan organisasi. Ehhmmm.. kurang asyik ketimbang band kata mereka.

Berbangga sedikit, penulis ketika itu menjabat sebagai Bendahara Provinsi loh. Sedangkan tingkat Kepramukaan penulis sudah Bantara, dan Saka Wana Bakti menjadi pilihan penulis. Hehhe..  penasaran apa itu Saka Wana Bakti? Singkatnya, Saka Wana Bakti itu menekankan kepada pengenalan hutan atau lingkungan hidup.

Itu sebabnya penulis sering kali napak tilas, menyebrangi sungai baik dengan perahu ataupun tali yang dibentangkan, dan juga bermandi lumpur. Heheh.. seru khan? Tetapi, dari semua itu apa sih yang didapat dari Pramuka?

Pengakuan jujur penulis, Pramuka mengajarkan banyak hal tentang kemandirian, disiplin, setia kawan dan pastinya rasa kebangsaan terhadap negeri ini.

Ingat banget ketika kami harus membangun kemah bersama, menanak nasi diatas tumpukan kayu dan mandi koboi karena harus mengejar apel pagi. Kesel sudah pasti, tapi itu dulu. Kini semua itu justru menjadi kerinduan. Bukan sekedar rindu saja, tetapi telah mengubah karakter menjadi tangguh.

Lalu kemana Pramuka kini?

Menyedihkannya Pramuka tidak lagi diminati oleh anak-anak zaman now. Jangankan anaknya, orang tuanya pun seperti musuh bebuyutan dengan Pramuka. Meski bukan lagi menjadi ekskul pilihan, Pramuka kini menjadi ekskul wajib.

Tujuannya tidak lain untuk menanamkan rasa bangga bertanah air, dan pastinya kemandirian serta gotong royong. Aslinya sih tidak hanya itu, karena di Pramuka kita juga merasakan kebersamaan. Kita bisa bermain, bernyanyi dan tertawa bersama seperti saudara sendiri saja layaknya.

Mirisnya, teman-teman penulis sendiri keberatan anaknya ikutan Pramuka.  Menurut mereka nggak penting, karena dijemur dan bikin kulit gosong! Apalagi ketika Perjusa (Perkemahan Jumat Sabtu) yang diselenggarakan di sekolah.

Wuih... jangan tanya berisiknya mereka, ketakutan anaknya tidak makan, dan masuk angin karena tidur di lantai sekolah.  Heheh...padahal tidurnya di ruangan kelas, sedangkan penulis dulu tidurnya di dalam kemah yang kalau malam dinginnya nggak bisa diajak kompromi.

Inilah lucu-lucunya anak-anak sekarang ketika Pramuka. Mendapati mereka datang ke sekolah untuk Perjusa seperti ingin liburan.  Bekalnya banyak sekali pakai koper, cukup untuk dimakan seminggu. Tidak anak, tidak orang tuanya sama ribetnya. Mungkin saja ini hanya paranoid orang tuanya sehingga anak ikutan kehilangan percaya diri.

Bayangkan saja, di tengah malam ada saja orang tua yang mengirimkan gofood untuk anaknya, atau bahkan anak yang menangis kangen mamanya? Heheh...padahal mereka bukan usia TK, sudah kelas 5 Sekolah Dasar!  Belum lagi komplain kalau mandi lumpur, takut gatal-gatal dan cacingan kata mereka.

Hahah... mendengar suara berisik mereka ini bikin penulis mules. Nggak heran banyak anak Indonesia manja, karena memang orang tuanya sendiri yang mengkondisikan seperti itu.

Padahal untuk membangun Indonesia butuh orang-orang yang mau bekerja keras, tangguh dan mandiri. Nggak mungkin kita mengharapkan bangsa lain membangun negeri ini.  Harus kita anaknya yang membangun ibu pertiwi. Tetapi bagaimana mau membangun, kalau tidak berani keluar dari zona nyaman.

Mungkin Pramuka bisa menjadi jawaban untuk membina generasi Indonesia.  Mendidik kaum muda Indonesia cinta tanah air dan menjunjung nilai-nilai Pancasila. Agar tumbuh menjadi generasi mandiri, berguna untuk dirinya sendiri, dan juga untuk Indonesia.

Selamat Hari Pramuka ke-59, dan bangga penulis mengatakan, "Sekali Pramuka, tetap Pramuka."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun