Mohon tunggu...
Desy Rokhimatul Fitri
Desy Rokhimatul Fitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasisiwi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengenalan Identitas Gender pada Anak

14 Oktober 2021   00:33 Diperbarui: 14 Oktober 2021   00:40 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER: fkip.untan.ac.id

Ehem, hai kalian yang membaca artikelku kali ini. Waah yang baca ini sudah memiliki buah hati? Atau memiliki keluarga yang masih terbilang usia dini? Kebetulan banget nih kali ini aku mau membahas mengenai "PENGENALAN IDENTITAS GENDER PADA ANAK"

Yuk dibaca lebih lanjut! Ah biar lebih santai dan nyaman, silakan membaca sambil makan cemilan, minum teh, kopi, atau jus juga boleh, mau makan dan minum yang lainnya juga boleh, biar lebih santai dan mudah memahami isi artikelnya, hehe.

Sebelum bagian inti pembahasan, aku mau nanya nih sama yang baca, alasan kalian baca artikel ini kenapa? Apa karena di rumah ada anak kecil atau hanya untuk mencari ilmu, atau karena alasan yang lain. Jawab di kolom komentar yaa...

Apa itu gender?

Dari asalnya, gender berasal dari negara-negara Barat sebagai konsep gerakan yang dibentuk atas dasar kemarahan dan kefrustasian para wanita untuk menuntut hak persamaan antara laki-laki dan perempuan, karena para wanita merasa haknya dirampas oleh kaum laki-laki. 

Gender memiliki istilah yang tertuju pada perbedaan sosial anatara laki-laki dan perempuan, baik itu perbedaan yang didasari karena adanya adat maupun budaya. Gender sendiri memiliki aturan dalam peran, kekuasaan, dan wewenang bagi perempuan dan laki-laki. Dalam sejarahnya, gender muncul karena adanya kebutuhan dan kondisi di mana laki-laki lebih diuntungkan daripada perempuan dalam situasi.

Pengertian gender dengan jenis kelamin berbeda. Gender bukanlah jenis kelamin, dan jenis kelamin bukanlah gender. Jenis kelamin memiliki artian identitas bahwa seseorang dapat dikatakan laki-laki atau perempuan berdasarkan ciri-ciri fisik, sedangkan gender memiliki artian perbedaan fungsi dan peran sosial antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh lingkungan sekitar.

Apa pengertian identitas gender?

Identitas gender dapat diartikan bagaimana seseorang dalam cara melihat dirinya atau bagaimana seseorang merasa pada dirinya sendiri apakah ia melihat sebagai perempuan atau laki-laki, apakah ia merasa sebagai perempuan atau laki-laki, atau transgender. 

Identitas gender tidak dilihat dari jenis kelamin melainkan apa yang dirasakan orang pada dirinya sendiri meskipun ia berjenis kelamin perempuan tapi jika ia merasa dirinya merupakan seorang laki-laki, maka identitas gendernya ialah laki-laki. Sebab identitas gender tergantung pada pribadi manusia.

Apakah seseorang dapat menentukan gendernya hanya dengan perkataannya saja?

Tentu saja tidak, identitas gender tidak hanya sekedar berkata kemudian langsung  mendefinisikan dirinya sebagai salah satu gender, juga tidak karena sebuah keingin kemudian ia berganti identitas gender. Identitas gender merupakan proses seseorang dalam menentukan identitasnya melalui klarifikasi terhadap dirinya sendiri, apakah ia laki-laki atau perempuan. Identitas gender diklarifikasi oleh adanya keyakinan baik secara fisik, sosial, dan budaya yang menyatakan seseorang laki-laki atau perempuan.

Apakah perlu mengenalkan identitas gender pada anak? Lalu bagaimana kita mengenalkan identitas gender pada anak kecil?

Mengenalkan identitaas gender pada anak usia dini memang sangat baik dan dianjurkan. Mengapa? Anak perlu suatu ilmu dan pengertian agar identitas gendernya tidak melenceng sesuai kodrat fisiknya. Lebih baik mengenalkan sejak kecil sebagai bentuk pencegahan pelencengan identitas gender daripada susah saat semuanya sudah tidak sesuai dengan yang semestinya.

Nah, identitas gender yang baik dan sehat adalah identitas yang sesuai dengan identitas biologis atau identitas fisiknya. Dikutip dari media.neliti.com, untuk mendapatkan identitas yang baik dan sehat pada anak, kita perlu melakukan pengenalan yaitu dengan menanamkan nilai-nilai, norma-norma, batasan, tuntutan serta hal-hal mengenai jenis kelamin serta dilatih untuk dapat bertingkah laku sesuai dengan jenis kelaminnya. Penetapan batasan ini berguna untuk memberikan pengertian apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, seperti anak perempuan yang tidak boleh memakai pakaian anak laki-laki dan juga sebaliknya, laki-laki tidak boleh mengenakan pakaian perempuan.

Untuk menganalkan identitas gender pada anak juga dapat dilakukan dengan memanggil anak dengan debutan simbolis, seperti mas, mbak, le, nduk, atau panggilan simbolis lainnya yang berfungsi sebagai petunjuk bahwa identitas gender anak tersebut sama dengan teman yang berjenis kelamin sama dengan anak tersebut.

Dikutip dari jurnal.unmuhjember.ac.id, ada 3 kategori orang tua dalam mengonstruksi atau membangun identitas dan peran gender anak.

  • Kategori bias. Dalam pola mendidiknya, orang tua tidak terlalu memilih atribut yang mendukung anak dalam membentuk identitas gender namun masih memberi kontroling dalam beberapa atribut tertentu. Orang tua memiliki kepercayaan terhadap lingkungan sekitar bahwa anaknya dapat belajar dari teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya tentang identitas gender. Golongan ini tidak membuat orang tua membatasi tugas tertentu yang dianggap sesuai dengan jenis kelamin anak, namun orang tua mengawasi penuh pemilihan teman bermain serta mengarahkan pemilihan teman bermain dan akan bermain yang cenderung sesuai jenis kelaminnya.
  • Kategori konstruktif. Kategori ini merupakan golongan orang tua yang berpendapat bahwa identitas gender penting dikenalkan pada anak sesuai dengan jenis kelamin anak dan perannya. Orang tua beranggapan bahwa anak harus dikontrol dalam proses identifikasi gender yang sesuai dengan jenis kelamin serta memahami peran gender melalui kegiatan yang bersifat pengenalan gender. Ketegori ini juga menunjukkan bahwa golongan ini adalah golongan orang tua yang terlibat penuh dalam menentukan pilihan alat bermain, pemilihan baju, pemilihan teman bermain, pemilihan sekolah, serta pemilihan kegiatan anak atau tugas rumah yang dapat dikerjakan anak.
  • Kategori bebas. Orang tua yang berada pada golongan ini memberikan kebebasan pada anak untuk mengetahui identitas gender dan perannya tanpa batasan melalui proses interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun