Apakah seseorang dapat menentukan gendernya hanya dengan perkataannya saja?
Tentu saja tidak, identitas gender tidak hanya sekedar berkata kemudian langsung  mendefinisikan dirinya sebagai salah satu gender, juga tidak karena sebuah keingin kemudian ia berganti identitas gender. Identitas gender merupakan proses seseorang dalam menentukan identitasnya melalui klarifikasi terhadap dirinya sendiri, apakah ia laki-laki atau perempuan. Identitas gender diklarifikasi oleh adanya keyakinan baik secara fisik, sosial, dan budaya yang menyatakan seseorang laki-laki atau perempuan.
Apakah perlu mengenalkan identitas gender pada anak? Lalu bagaimana kita mengenalkan identitas gender pada anak kecil?
Mengenalkan identitaas gender pada anak usia dini memang sangat baik dan dianjurkan. Mengapa? Anak perlu suatu ilmu dan pengertian agar identitas gendernya tidak melenceng sesuai kodrat fisiknya. Lebih baik mengenalkan sejak kecil sebagai bentuk pencegahan pelencengan identitas gender daripada susah saat semuanya sudah tidak sesuai dengan yang semestinya.
Nah, identitas gender yang baik dan sehat adalah identitas yang sesuai dengan identitas biologis atau identitas fisiknya. Dikutip dari media.neliti.com, untuk mendapatkan identitas yang baik dan sehat pada anak, kita perlu melakukan pengenalan yaitu dengan menanamkan nilai-nilai, norma-norma, batasan, tuntutan serta hal-hal mengenai jenis kelamin serta dilatih untuk dapat bertingkah laku sesuai dengan jenis kelaminnya. Penetapan batasan ini berguna untuk memberikan pengertian apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, seperti anak perempuan yang tidak boleh memakai pakaian anak laki-laki dan juga sebaliknya, laki-laki tidak boleh mengenakan pakaian perempuan.
Untuk menganalkan identitas gender pada anak juga dapat dilakukan dengan memanggil anak dengan debutan simbolis, seperti mas, mbak, le, nduk, atau panggilan simbolis lainnya yang berfungsi sebagai petunjuk bahwa identitas gender anak tersebut sama dengan teman yang berjenis kelamin sama dengan anak tersebut.
Dikutip dari jurnal.unmuhjember.ac.id, ada 3 kategori orang tua dalam mengonstruksi atau membangun identitas dan peran gender anak.
- Kategori bias. Dalam pola mendidiknya, orang tua tidak terlalu memilih atribut yang mendukung anak dalam membentuk identitas gender namun masih memberi kontroling dalam beberapa atribut tertentu. Orang tua memiliki kepercayaan terhadap lingkungan sekitar bahwa anaknya dapat belajar dari teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya tentang identitas gender. Golongan ini tidak membuat orang tua membatasi tugas tertentu yang dianggap sesuai dengan jenis kelamin anak, namun orang tua mengawasi penuh pemilihan teman bermain serta mengarahkan pemilihan teman bermain dan akan bermain yang cenderung sesuai jenis kelaminnya.
- Kategori konstruktif. Kategori ini merupakan golongan orang tua yang berpendapat bahwa identitas gender penting dikenalkan pada anak sesuai dengan jenis kelamin anak dan perannya. Orang tua beranggapan bahwa anak harus dikontrol dalam proses identifikasi gender yang sesuai dengan jenis kelamin serta memahami peran gender melalui kegiatan yang bersifat pengenalan gender. Ketegori ini juga menunjukkan bahwa golongan ini adalah golongan orang tua yang terlibat penuh dalam menentukan pilihan alat bermain, pemilihan baju, pemilihan teman bermain, pemilihan sekolah, serta pemilihan kegiatan anak atau tugas rumah yang dapat dikerjakan anak.
- Kategori bebas. Orang tua yang berada pada golongan ini memberikan kebebasan pada anak untuk mengetahui identitas gender dan perannya tanpa batasan melalui proses interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H