Mohon tunggu...
Desy F. Lestari
Desy F. Lestari Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Kebijakan di Pemerintahan

Senang belajar hal-hal baru, sangat tertarik dengan topik parenting, namun tidak menutup mata terhadap topik lain terkait politik maupun hal menarik lainnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inner Resilience untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik

7 Juli 2024   09:00 Diperbarui: 10 Juli 2024   20:30 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi telah mengubah wajah dunia kita sedemikian rupa. Dalam Future of Jobs Report (World Economic Forum, 2023) Reskilling & upskilling prioritas dalam 5 tahun selanjutnya (2023-2027),  salah satu skill yang dibutuhkan adalah Resilience.

Dalam konteks masa depan, resilience dianggap sebagai salah satu soft skill yang sangat penting karena merupakan  soft skill kompetensi yang dibutuhkan dalam menghadapi perubahan dunia yang  semakin kompleks, cepat, dan penuh ketidakpastian.

Resiliensi merupakan kemampuan seseorang atau organisasi yang merupakan daya tahan untuk beradaptasi, bertahan dan berkembang dalam menghadapi tekanan, tantangan dan perubahan.

Dalam aspek religiusitas muslim resiliensi merupakan salah satu indikator  kekuatan mental dan spiritual sebagai bentuk keimanan kepada Allah Ta'ala Tuhan Yang Maha Esa. Penerimaan diri terhadap  takdir baik dan buruk (qada dan qadar) yang  dapat membantu seseorang dalam menerima situasi dengan ikhlas dan tetap tegar dalam menghadapi berbagai hal apapun yang ada didepan kita.

Inner Resilience merupakan bagian tak terpisahkan dari  soft skill Resilience, keimanan yang kuat kepada Allah Ta'ala Tuhan Yang Maha Esa  memberikan ketenangan batin dan pandangan positif terhadap segala hal yang terjadi dalam hidup, terhadap hal baik dan buruk serta membentuk ketahanan mental dan emosional seseorang. 

Inner resilience memiliki beberapa aspek di dalamnya termasuk diantaranya; self awareness (kesadaran diri), emotional regulation (pengaturan emosi), self efficacy (keyakinan diri)  dan optimism yang merupakan pandangan positif tentang hal yang dihadapi dan percaya bahwa tantangan dapat diatasi.

Menumbuhkan inner resilience sangat penting  "agar tetap menjaga kewarasan" mungkin istilah  ini yang tepat digunakan bagi generasi muda milenial junior dan gen z yg dekat dengan issue "mental health". 

Dengan inner resilience keimanan yang kuat, maka akan mengajarkan kita untuk menerima dan menghadapi takdir dengan penuh kesabaran dan ketabahan. 

Sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah Ta'ala Tuhan Yang Maha Esa, dapat memberikan ketenangan batin dan kekuatan untuk terus maju meskipun menghadapi situasi sulit.

Karena sejatinya bagi setiap muslim ujian/ badai (tantangan, tekanan dan perubahan yang sulit diprediksi) adalah  merupakan bentuk kasih sayang dari Allah Ta'ala Tuhan Semesta Alam. Kemampuan kita dalam mengelola dan menjalaninyalah yg akan menjadi sebuah  parameter.

Keimanan dan kesabaran  tersebut akan memberikan landasan yang kuat bagi kita untuk membangun kompetensi resiliensi bertahan dan mampu bangkit dalam menghadapi kesulitan, menghadapi perubahan dan tekanan agar tetap berfokus pada tujuan pribadi maupun organisasi dimana kita bekerja. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun