Perkembangan teknologi telah mengubah wajah dunia kita sedemikian rupa. Dalam Future of Jobs Report (World Economic Forum, 2023) Reskilling & upskilling prioritas dalam 5 tahun selanjutnya (2023-2027), Â salah satu skill yang dibutuhkan adalah Resilience.
Dalam konteks masa depan, resilience dianggap sebagai salah satu soft skill yang sangat penting karena merupakan  soft skill kompetensi yang dibutuhkan dalam menghadapi perubahan dunia yang  semakin kompleks, cepat, dan penuh ketidakpastian.
Dalam KBBI, Resiliensi merupakan kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit; tangguh, n. kemampuan sistem atau komunitas yang terpapar bahaya untuk melawan, menyerap, mengakomodasi, beradaptasi, mengubah, dan pulih dari efek bahaya secara efisien dan tepat waktu, dilakukan melalui pelestarian dan pemulihan fungsi dan struktur dasar esensial dengan pengelolaan risiko. Sementara  menurut (Werner and Smith, 1982; Rutter, 1987; Brown, 2008),  Resilience is the ability of individuals, families, and groups to successfully function despite significant life difficulties.
Dalam aspek religiusitas muslim resiliensi merupakan salah satu indikator  kekuatan mental dan spiritual sebagai bentuk keimanan kepada Allah Ta'ala Tuhan Yang Maha Esa. Penerimaan diri terhadap  takdir baik dan buruk (qada dan qadar) yang  dapat membantu seseorang dalam menerima situasi dengan ikhlas dan tetap tegar dalam menghadapi berbagai hal apapun yang ada didepan kita.
Inner Resilience merupakan bagian tak terpisahkan dari  soft skill Resilience, keimanan yang kuat kepada Allah Ta'ala Tuhan Yang Maha Esa  memberikan ketenangan batin dan pandangan positif terhadap segala hal yang terjadi dalam hidup, terhadap hal baik dan buruk serta membentuk ketahanan mental dan emosional seseorang.Â
Inner resilience memiliki beberapa aspek di dalamnya termasuk diantaranya; self awareness (kesadaran diri), emotional regulation (pengaturan emosi), self efficacy (keyakinan diri) dan optimism yang merupakan pandangan positif tentang hal yang dihadapi dan percaya bahwa tantangan dapat diatasi.
Menumbuhkan inner resilience sangat penting  "agar tetap menjaga kewarasan" mungkin istilah  ini yang tepat digunakan bagi generasi muda milenial junior dan gen z yg dekat dengan issue "mental health".Â
Dengan inner resilience keimanan yang kuat, maka akan mengajarkan kita untuk menerima dan menghadapi takdir dengan penuh kesabaran dan ketabahan.Â
Sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah Ta'ala Tuhan Yang Maha Esa, dapat memberikan ketenangan batin dan kekuatan untuk terus maju meskipun menghadapi situasi sulit.
Karena sejatinya bagi setiap muslim ujian/ badai (tantangan, tekanan dan perubahan yang sulit diprediksi) adalah  merupakan bentuk kasih sayang dari Allah Ta'ala Tuhan Semesta Alam. Kemampuan kita dalam mengelola dan menjalaninyalah yg akan menjadi sebuah  parameter.
Keimanan dan kesabaran  tersebut akan memberikan landasan yang kuat bagi kita untuk membangun kompetensi resiliensi bertahan dan mampu bangkit dalam menghadapi kesulitan, menghadapi perubahan dan tekanan agar tetap berfokus pada tujuan pribadi maupun organisasi dimana kita bekerja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H