Tidur merupakan salah satu aktivitas paling penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Seringkali manusia memanipulasi otak mereka sendiri dengan mengorbankan waktu tidurnya  untuk melakukan aktivitas lain. Padahal, faktanya otak kita masih bekerja dengan aktif sekalipun saat kita tertidur. Salah satu bukti kerja otak saat kita tertidur, yaitu dengan bermimpi. Meskipun, pengalaman mimpi setiap orang berbeda-beda, mimpi merupakan pengalaman yang universal dan pasti pernah dirasakan oleh setiap orang.
Banyak orang yang beranggapan bahwa mimpi merupakan suatu pertanda akan sebuah kejadian yang baik maupun buruk. Menurut bapak psikoanalisis, Sigmund Freud mengatakan bahwa mimpi berkaitan dengan pemrosesan memori selama tidur. Tidak hanya itu, mimpi juga merupakan sebuah bentuk manifestasi akan keinginan alam bawah sadar kita yang belum terpenuhi. Contohnya, ketika kamu sangat ingin membeli suatu barang hingga terbawa di dalam mimpi, atau ada hal-hal yang kamu pikirkan hingga berlarut-larut juga dapat menjadi faktor terjadinya mimpi.
Proses Terjadinya Mimpi
Sebenarnya apa yang terjadi pada otak manusia ketika bermimpi? Perlu diketahui bahwa saat kita tertidur, otak bagian korteks depan, yaitu lobus frontal yang bertanggung jawab untuk berbicara, berpikir, memahami, dan mengambil keputusan berada dalam mode nonaktif. Hal ini dapat menjelaskan mengapa seringkali mimpi yang dialami seseorang ketika tidur tidak masuk akal. Ketika bermimpi, bagian otak yang terlibat adalah hippocampus. Bagian otak ini terletak di lobus temporal bagian dalam, dekat pusat otak. Â
Hippocampus berkaitan dengan memori, kenangan, dan emosi. Oleh karena itu, kejadian yang sadar atau tidak sadar pernah direkam oleh otak dapat muncul sebagai mimpi di malam hari. Hal ini menjelaskan mengapa bentuk mimpi yang terjadi sangat abstrak dan tidak sama dengan apa yang kita alami di dunia nyata, karena otak bagian depan kita yang berfungsi untuk mengatur penalaran dalam mode nonaktif.Â
Bagaimana Cara Mimpi Memulihkan Memori?
Saat kita tertidur di malam hari terdapat dua fase yang terjadi, yaitu fase NREM (Non Rapid Eye Movement) dan fase REM (Rapid Eye Movement). Sebagian besar mimpi terjadi pada fase REM, saat tidur sudah benar-benar nyenyak. Sebelum itu, mari kita kenali 4 tahapan tidur, mulai dari NREM hingga REM.Â
Tahap NREM 1
Tahapan dimana kita mulai tertidur. Pada tahap ini, aktivitas otak dan tubuh mulai melambat walaupun sebenarnya tubuh belum sepenuhnya rileks sehingga kita masih dengan mudah dapat terbangun atau yang biasa disebut dengan tidur ringan.Â
Tahap NREM 2
Pada tahap ini, tubuh kita mulai mengalami penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar, ditandai dengan pernapasan dan detak jantung yang mulai semakin lambat dan teratur.Â
Tahap NREM 3Â
Tidur nyenyak atau yang lebih dikenal dengan istilah deep sleep. Pada tahap ini, tubuh sudah sulit untuk dibangunkan karena gagal untuk merespon suara di sekitarnya.Â
Tahap REM
Tahap terakhir atau REM (Rapid Eye Movement) alias tidur bermimpi. Semakin dalam kamu tertidur, secara bertahap juga hippocampus mulai memutar memori yang berada di dalam otak.Â
Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita melewati 4 siklus tidur yang baik, otak akan mengkonsolidasikan memori, yaitu proses dimana ingatan baru akan diintegrasikan menjadi memori jangka panjang. Ingatan akan dicocokkan dengan konteks hal-hal yang kita ketahui. Oleh karena itu, mimpi yang abstrak seringkali muncul sebagai proses hal tersebut terjadi. Mimpi tidak secara tepat menunjukkan apa yang kita alami hari itu, tetapi berusaha menempatkan memori tersebut ke dalam konteks hal-hal yang sudah pernah diketahui.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H