* Seni budaya tradisional di Indonesia sangat banyak corak ragamnya; bahkanÂ
pada suatu daerah saja dijumpai bermacam-macam seni tradisional.Â
Umumnya kesenian semacam itu muncul atau ditampilkan pada waktuÂ
upacara keagamaan, musim panen, atau upacara selametan dan pesta (1985,Â
hlm. 2).Â
Dengan keberagaman kesenian tradisional yang ada pada masyarakat IndonesiaÂ
menjadikan kesenian tersebut dapat menjadi aset suatu daerah, tempat kesenianÂ
tersebut berkembang.
* Pentingnya perkembangan kesenian yang ada pada masyarakat menjadikanÂ
harus adanya penelitian yang sering dilakukan, baik itu oleh para akademisiÂ
ataupun oleh pemerintah. Kesenian itu dapat mempunyai kaitan amat erat denganÂ
satu hal dan hal yang lain, seperti agama, ekonomi, struktur sosial lain-lain.Â
Dalam kajian kebudayaan, kesenian dapat dijadikan pokok perhatian khusus, yang di dalamnya pun dapat dipilah satuan-satuan permasalahan yang lebih khusus lagiÂ
(Sedyawati, 2007, hlm. 125).Â
* Penelitian yang dilakukan menjadikan kesenianÂ
tradisional dapat bertahan dan lebih dikenal oleh masyarakat.Â
Kesenian khas Banyumas tersebar di seluruh daerah-daerah sekitarÂ
Banyumas seperti di Purwokerto, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga,Â
Gombong, Wonosobo, Kebumen, Purworejo, Kulon progo, dan Magelang.Â
Kesenian-kesenian tersebut pada umumnya merupakan seni pertunjukanÂ
rakyat yang memiliki fungsi-fungsi tertentu berkaitan dengan kehidupanÂ
masyarakat pemiliknya.
* Kesenian Ebeg di berbagai wilayah memiliki banyak sebutan yangÂ
berbeda, seperti Kuda Lumping, Kuda Kepang, Jathilan dan Jaran Kepang. DariÂ
beberapa kesenian tersebut memiliki kesamaan dalam berbagai hal, terutama padaÂ
penggunaan properti berupa anyaman yang menyerupai kuda. Selain itu, beberapaÂ
kesenian tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing.Â
* Seperti dalam skripsinya Komala (1997) Istilah "Ebeg" menjadi "Ebleg".Â
Penelitian yang dilakukan Komala berada di Desa Cineam KabupatenÂ
Tasikmalaya. Dalam skripsinya dijelaskan bahwa kesenian Ebleg dibawa olehÂ
para pekerja dari Banjar. Banjar sendiri adalah wilayah yang berada di daerahÂ
perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penulis juga mendapatkan artikelÂ
yang ditulis oleh Priyanto (2010) berjudul Representasi Indhang dalam KesenianÂ
Lengger di Banyumas. Pada artikel ini dibahas bagaimana pertunjukan dariÂ
kesenian Ebeg dan Lengger di Banyumas. Selain itu, artikel ini menjelaskanÂ
tentang makna indhang sebagai bagian penting dari pertunjukan kesenian tersebut.
* Tugiatiningsih (2013, hlm. 4) memaparkan dalam skripsinya tentangÂ
gambaran dari kesenian Ebeg, bahwa:
Kesenian Ebeg merupakan suatu bentuk kesenian yang dilakukan secaraÂ
kelompok, yang biasa dipentaskan pada siang hari dan waktunya bisa satuÂ
sampai empat jam. Kesenian Ebeg ini juga suatu bentuk tarian yangÂ
diiringi dengan ricikan gamelan. Ricikan gamelan yang digunakan adalahÂ
bonang barung dan penerus, saron demung, kendang, gong, kenong, dan
kempul. Diiringi tembang-tembang Banyumasan yang dinyanyikan olehÂ
seorang sinden.
* Kesenian Ebeg adalah salah satu seni pertunjukan dan kesenian tradisionalÂ
yang harus tetap terjaga kelestariannya. Kesenian Ebeg dalam pertunjukannyaÂ
memiliki makna dan nilai-nilai budaya luhur yang dapat diambil bagi paraÂ
seniman Ebeg dan juga penontonnya. Bahkan masih banyak masyarakat awamÂ
yang belum mengetahui nilai-nilai luhur yang terkandung pada pertunjukan
kesenian Ebeg. Karena hal itulah keberadaan dari kesenian Ebeg harusÂ
diperhatikan. Walaupun, akan muncul kesulitan-kesulitan terutama jika kesenianÂ
Ebeg hanya dipahami oleh segelintir orang.
Kesenian Ebeg memiliki peranan yang penting bagi masyarakat. PerananÂ
ini terlihat ketika kelompok kesenian Ebeg melakukan pertunjukan. * Pada saatÂ
pertunjukan, masyarakat akan merasa terhibur dengan atraksi-atraksi yangÂ
dilakukan para pemain. Bahkan ada adegan ketika pemain Ebeg mengalamiÂ
kerasukan dan melakukan hal-hal yang di luar logika seperti, makan rumput,Â
mengupas kelapa menggunakan gigi, memakan daging mentah dan lain-lain. HalÂ
itu adalah salah satu dari adegan yang ada pada pertunjukan Kesenian Ebeg.Â
* Masyarakat awam melihat kesenian Ebeg hanya berfungsi sebagai sarana hiburan.Â
Dengan melihat pertunjukan kesenian Ebeg, orang-orang dapat memperat taliÂ
persaudaraan dan saling mengenal satu sama lain. Selain itu, kesenian Ebeg bagiÂ
para senimannya memiliki fungsi lain yang sifatnya lebih kepada religi atauÂ
spritiual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H