Sampailah di tempat yang dimaksud, ternyata ada banyak warga lain yang datang dan pernah datang. Kepala Desa memberikan sebuah kartu pemilu yang dari beberapa Caleg yang ia dimohon untuk membantunya.
Kalau dipikir-pikir dan dipahami betul, Kepala Desa ini seharusnya tahu apa yang ia lakukan ini adalah salah. Apalagi, saat beliau bertanya kepada saya mengenai hak pilih saya. Sayakan bingung, ada apa ini?, datang-datang kok langsung tanya hak pilih. Beliau, si kepala Desa bertanya, "kamu mau kasih provinsi atau kabupaten?".Â
Jelas, yang dimaksud adalah ia ingin diberi suara. Saya yang waktu itu bingung, dan tidak mau menjawab sebenarnya. Karena saya punya pilihan sendiri. Tapi, beliau malah menjelek-jelekkan saya di depan masyarakat lain. Terus dia bilang jawab ragu-ragu saja.Â
Yah, saya hanya bisa mengangguk. Tak ingin membuat dia marah.
Dan disitulah, saya memahami bahwa ada yang aneh di sini.Â
Semakin lama ditempat itu, semakin saya tahu, bahwa dia sedang bermain money politik. Memberikan uang kepada masyarakat yang mau membantunya memilih Caleg itu.
Bahkan, dia semakin terlihat takut dan mewanti-wanti agar tidak ada yang mengambil gambar di tempat itu.
Tapi, ini bukan sesuatu yang sifatnya pribadi. Tidak masalah jika satu orang menyinggung orang lain, tapi ini tentang masyarakat yang dibodoh-bodohi. Memanfaatkan yang tidak tahu menahu dan membayar dengan uang.
Guys!, itulah yang namanya money politik. Kebenaran dan keadilan harus ditegakkan. Aku yakin, bukan hanya di daerah ku saja begitu, mungkin di daerah mu juga.
Yuk!, peduli lingkungan, saatnya buka matamu guys!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H