Mental
Kala menyangkut kompetisi, mental jadi modal yang utama. Mempersiapkan diri untuk kompetisi terbuka tentu tak sekedar berbekal ‘pedang’ kemampuan, tapi juga ‘tameng’ mentalitas.
Sebelum MEA menyalak, gelombang tenaga asing nyatanya sudah banyak hadir di Indonesia. Bedanya dengan negara lain, pekerja asing tersebut terstigma diunggulkan karena mengisi sektor tenaga kerja ahli di berbagai bidang.
Gampangnya, bukan pemandangan lazim di Indonesia melihat tenaga lapangan dari luar negeri, seperti sopir taksi, petugas penyapu jalan, dan lain-lain. Tapi, melihat eksekutif berjas asal negara asing sudah jadi pemandangan biasa di jantung pusat-pusat bisnis dan komersil Ibu Kota.
Secara umum, Indonesia sendiri sudah banyak berbenah. Semakin banyak anak negeri yang mengisi posisi-posisi strategis, bahkan di perusahaan-perusahaan asing yang ada di Tanah Air.
Indonesia wajib jadi tuan rumah di negeri sendiri, dan sekedar menjamu tenaga kerja asing secara proporsional. Menjadi langkah yang patut diapresiasi jika para tenaga kerja asing diwajibkan peraturan untuk menguasai Bahasa Indonesia.Â
Â
Faktor Plus
Walau Indonesia masih memiliki catatan dalam hal kesetaraan kualitas SDM, Indonesia nyatanya punya senjata yang dapat diandalkan, yaitu pada kekayaan kepemilikan SDA.
Ada baiknya, momentum MEA turut dijadikan berbagai pihak di negeri ini untuk mengesampingkan perbedaan latar belakang, pandangan politik, keidolaan, dan bersatu sebagai satu Indonesia.
Seperti dikatakan Presiden Joko Widodo, suka tak suka, mau tak mau, MEA ibarat tamu yang pasti datang berkunjung. Indonesia perlu selektif dan meraih keunggulan dari berbagai hal yang tak dimiliki negara lain, baik dari sisi SDA dan SDM.