Mohon tunggu...
Destri Mairoza
Destri Mairoza Mohon Tunggu... Guru - Starting Point in Writing

Nama lengkap Destri Mairoza dengan panggilan Roza, kelahiran Nagari Taruang-taruang pada tanggal 3 Mei 1987. Saat ini bekerja sebagai pengajar di SMAN 1 Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalamanku Nyaris Keguguran

18 Januari 2020   22:24 Diperbarui: 18 Januari 2020   22:31 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

November 2017 lalu aku hampir saja mengalami hal yang namanya keguguran, atau istilah kerennya adalah Abortus. Kejadian tersebut kembali kuingat karena hal ini kembali dialami kakakku, malahan sudah 2 kali. Bedanya adalah aku bisa mempertahankan janinku dan dia tidak (dengan ijin Allah tentunya).

Badanku yang kecil dengan berat waktu itu hanya sekitaran 40 kg, ditambah lagi kesibukanku yang saat itu mengikuti program PLPG, membuat fisik dan juga psikisku lelah. Tiba-tiba saja aku merasakan ada yang mengalir dari balik pakaian dalamku, tapi tidak ada rasa nyeri ataupun sakit pada bagian perut.

Reflek kakiku melangkah menuju kamar mandi karena memang saat itu aku sedang dalam proses konsumsi vitamin kehamilan karena sering flek apabila sudah banyak gerak.

Benar saja, begitu aku cek, flek yang biasanya berwana kecoklatan sekarang sudah berubah wujud menjadi darah segar, merah. Shock. Pastinya aku sangat shock. Walaupun saat itu adalah kehamilan ketiga, tapi kali ini benar-benar diuji.

Tanpa malu dan fikir panjang aku meminta tolong kepada ketua kelas untuk dapat mengantarkanku langsung ke rumah sakit (waktu itu kegiatan diadakan di pusat provinsi, jauh dari kotaku). Tentunya aku juga berkomunikasi dengan suami lewat handphone.

Bersyukur aku mendapatkan teman yang cekatan dan perhatian yang segera membawaku ke rumah sakit terdekat dengan mobil salah seorang peserta lain. Perawat di rumah sakit itu langsung memeriksa dan mengambil tindakan.

Perutku diraba dan dilihat melalui alat yang disebut USG, dan Alhamdulillah masih bisa diselamatkan, dengan syarat aku harus bedrest paling tidak selama 3 hari dan mengonsumsi vitamin penguat rahim.

Panitia memahami kondisiku dan memberiku istirahat selama 3 hari. Tentu saja dengan persetujuan dari dosen yang memberikan materi selama tiga hari itu. Alhamdulillah, Allah masih memberiku kepercayaan, dan anak ketigaku sekarang sudah mulai memasuki usia 2 tahun.

Berbeda kasus dengan kakakku. Kalau aku dari dulu berbadan kecil, sering sakit dan lemah. Kakakku adalah sosok yang bertubuh sehat dan kuat serta jarang sakit. Kejadiannya adalah ketika dia tidak menyadari kalau sedang hamil dan setelah dua bulan baru dia mengetahui hal itu.

Apa yang terjadi? Masuk bulan ketiga, bongkahan darah mengucur dari bagian kemaluannya. Dan ternyata janin di rahimnya tidak bertahan.

Selang dua bulan setelah kejadian itu, dia kembali hamil, lagi-lagi terlambat diketahuinya. Lagi pula usianya yang sudah menginjak kepala 4 membuatnya ragu untuk kembali hamil. Tapi apa daya, Allah berkehendak lain. Dia kembali mendapatkan anugerah yang pada sebagian wanita sulit untuk mendapatkannya.

6 minggu berselang, dia merasakan hal yang sama seperti yang aku alami dulu. Flek coklat kehitaman mulai muncul. Aku langsung menyarankan agar dia memeriksakannya segera ke dokter kandungan.

Dan benar saja, kakakku di vonis berada diambang keguguran. Aku terus menyemangatinya, siapa tau janinnya sama kuatnya dengan janinku dulu.

Tapi ternyata berbeda. Selang satu hari setelah pengecekan ke dokter, flek coklat kehitaman berubah warna menjadi merah terang. Langsung saja dia diantarkan suami menuju ke klinik Ibu dan Anak. Benar saja, janin di rahimnya sudah tidak bisa diperhatikan lagi dan kakakku harus dikuret.

Secara fisik, kakakku memang sangat kuat dibandingkan dengan aku, adiknya. Namun ternyata kekuatan fisik ibu tidak menjamin kekuatan janin di dalam rahim ibu. Beban fisik dan psikis ibu juga menjadi acuan untuk kesehatan janin.

Jadi kesimpulannya, sebagai seorang ibu yang pertama kali harus dilakukan adalah harus menerima keberadaan si janin sebagai sebuah anugerah dari Allah.

Tidak semua wanita di luar sana dapat dengan mudah memiliki kesempatan untuk hamil. Nah, kalau sudah diberi anugerah seperti itu, ya diterima saja. Rezeki jangan disesali apalagi ditolak.

Kedua, si ibu juga harus memperhatikan kesehatan fisik dan juga psikis karena hal itu sangat berpengaruh terhadap janin. Terutama pada trimester pertama, sangat beresiko bagi ibu yang sedang hamil melakukan aktifitas fisik yang berlebihan dan tingkat stres yang tinggi.

Hal tersebut tentunya dapat memicu terjadinya keguguran. Ketiga, asupan makanan dan gizi juga harus diperhatikan. Bukan berarti ketika hamil kita bisa makan apa saja dengan porsi berapa pun. Ada takaran dan ukurannya.

Kalau soal ini akan lebih baik ditanyakan oleh ahlinya. Akan lebih banyak lagi hal-hal yang harus diketahui ibu hamil agar tidak mengalami keguguran.

Aku sekadar berbagi pengalaman yang pernah terjadi dan dialami kakakku. Namun jika segala upaya sudah dilakukan tapi keguguran tetap terjadi, itu artinya rezeki itu belum saat ini. Bersabarlah, karena Allah memberikan sesuatu yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan.

Tulisan ini semata-mata sharing pengalaman pribadi, apabila ada kesalahan mohon diluruskan. Semoga bermanfaat.

Solok, 18 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun