Mohon tunggu...
Destin Aryani XII MIPA 1
Destin Aryani XII MIPA 1 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - i'm anxiety for now

i'm believe Allah stay with me

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sri Sultan

22 November 2021   16:32 Diperbarui: 22 November 2021   16:42 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gusti Raden Mas Dorojatun, demikialahn nama yang disandangmya ketika ia kecil.Dilahirkan ke bumi pertiwi nan indah ini pada tanggal 12 April 1912 di Kasultanan Yogyakarta.Menjadi anak kesembilan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan ibunya Raden Ajeng Kustilah atau Kanjeng Ratu Alit ini, di masa mendatang  akan menjadi sosok pejuang dalam kemerdakaan Indonesia.

Baru berusia empat tahun, Sri Sultan Hamengku Buwono VIII sudah menitipkan Gusti Raden Mas Dorojatun kepada pasangan Belanda di rumah keluarga Mulder  yaitu seorang kepala sekolah NHJJS ( Neutrale Hollands Javanesche Jongen School).Gusti Raden Mas Dorojatun di didik layaknya rakyat biasa oleh keluarga Mulder  atas pesan dari Sultan Hamengku Buwono VIII,agar menjadi anak yang mandiri.Henkie adalah sebutan beliau di keluarga Mulder.

Di suasana lampu pada jamannya,tuan Mulder berjalan menghampiri Henkie yang sedang belajar di dalam kamarnya.

"Henkie."

"Ja maneer ?" jawab Henkie menaruh bukunya sejenak.

"Kamu sedang membaca welk boek (buku apa) ?" tanya Tuan Mulder.

"Saya membaca buku pelajaran kangge ujian sesuk Tuan."

"Leuk (bagus) Henkie, jadilah anak yang cerdas." Ucap Tuan Mulder mengusap kepala Henkie.

             Ia pun menghabiskan masa masa sekolahnya di Yogyakarta, dari mulai Frobeln School (taman kanak kanak ), lanjut ke Eester Europe Lagere School B. Kemudian pindah ke Neutrale Europese Lagere School.Setelah pendidikan dasar selesai,beliau melanjutkan pendidikan ke Hogere Burgerschool di Semarang dan Bandung.

          Tiba tiba Gusti Raden Mas Dorojatun mendapatkan kabar dari utusan Sultan Hamengku Buwono VIII bahwa beliau mengatakan bahwa Gusti Raden Mas Dorojatun akan mengirimkan beliau ke Walanda bersama saudaranya yang lainnya. Pada saat pendidikan HBS yang belum tuntas di tempuh, akhirnya Gusti Raden Mas Dorojatun pergi kembali ke Keraton Yogyakarta untuk menayakannya langsung.

"Anakku, romo ingin kowe dhateng walandi," ucap ayahandanya.

"Nggih romo,tapi opo iki yang terbaik ?hapunteun romo," jawabnya.

"Dengan kowe disana,in Syaa Allah akan mendapatkan elmu yang bisa kowe pakai untuk memimpin rakyat kita nanti." Ayahanda menjelaskan.

            Kereta kuda dengan banyak tas tas besar berjalan meninggalkan Keraton Yogyakarta menuju negeri Walanda.

           Di Belanda beliau menyelesaikan Gymnasium,setelah itu melajutkan pendidikan di Rijkuniversitet di Leiden.Beliau mendalami ilmu hukum tata negara dan aktif mengikuti klub debat yang di pimpin oleh Profesor Schrieke. Pada masa pendidikan ini pula beliau berkenalan dan bersahabat dengan Putri Juliana yang kelak akan menjadi Ratu Belanda.

          Tahun 1939 Sultan Hamengku Buwono VIII mengirimkan surat kepada Gusti Raden Mas Dorojatun agar cepat kembali ke tanah air karena peta politik dunia bergerak cepat, tanda tanda meletusnya Perang Dunia II semakin jelas. Gusti Raden Mas Dorojatun kemudian berkemas atas perintah ayahandanya meskipun beliau belum menyelesaikan jenjang pendidikannya di Belanda.

       Suara alunan gamelan nan indah penari penari melenggak lenggok menabur bunga ke atas dengan langit bintang bintang dan semua rakyat menyambut kepulangan Gusti Raden Mas Dorojatun dengan meriah dan Sultan Hamengku Buwono VIII menyambut beliau di depan keraton.

        Setelah kepulangannya suasana keluarga di keraton semakin ramai dan harmonis, dengan jamuan bersama dan juga pesta rakyat yang di gelar.Sultan Hamengku Buwono VIII memanggil Gusti Raden Mas Dorojatun untuk menemuinya di suatu tempat.

      "Anakku, puniki keris Kyai Joko Piturun kagem panjenengan." Ucap Sultan Hamengku Buwono VIII menyerahkan atribut putra mahkota atau Kyai Joko Piturun. Gusti Raden Mas terdiam sejenak merasa tidak mampu berkata apa apa dengan yang ia lihat. Kemudian beliau memakai Kyai Joko Piturun dan berdiri di depan cermin melihat dirinya dari bawah sampe atas, tampak gagah dan tampan penerus tahta ini.

      Beberapa hari kemudian Sri Sultan Hamengku Buwono VIII meninggal dunia, semua rakyat dan keluarga keraton Yogyakarta sedih atas kepergian beliau. Tak lama ayahanda mangkat Gusti Raden Mas Dorojatun naik singgana sebagai calon raja baru, namun dalam perjalanannya tidak mudah.Dalam pertemuan itu semuanya berkumpul.

" Opo yang harus saya lakukan kagem jadi Sultan Hamengku Buwono IX?" tanya Gusti Raden Mas Dorojatun kepada penasehat Kasultanan.

" Nuwun sewu Raden Mas,sesuai dengan adat dari turun temurun, saben calon raja baru wonten Kasultanan Yogyakarta diharuskan untuk menandatangani kesepakatan bersama terlebih dahulu dengan Belanda," jawab penasehat Kasultanan.

     Gusti Raden Mas Dorojatun lalu bergegas menemui politisi senior Belanda, Dr. Lucien Adam. Pada usia baru menginjak 28 tahun beliau harus berdebat panjang dengan Dr. Lucien Adam yang berusia 60 tahun.Pada debat tersebut beliau mengatakan bahwa tidak setuju jika jabatan Patih merangkap pegawai kolonial agar tidak ada konflik kepentingan, beliau juga tidak setuju dewan penasehatnya ditentukan oleh Belanda dan juga beliau menolak pasukan/prajurit keraton mendapat perintah langsung dari Belanda.

         Setelah empat bulan tidak menghasilkan kesepakatan apapun, beliau berubah pikiran saat mendapat bisikan jika Belanda tidak lama lagi akan pergi dari bumi Mataram dan lalu beliau pun menerima usulan dari Dr.Lucien Adam.Pada tanggal 12 Maret 1940 di Tratag Prabayeksa, Gusti Raden Mas Dorojatun menandatangani kontrak politik dengan Belanda yang berisi 17 bab dan terdiri dari 59 pasal dan beliau naik tahta.

        Akhirnya pada Hari Senin Pon 18 Maret 1940, beliau dinobatkan sebagai putra mahkota.

" Miturut adat Kasultanan Yogyakarta Gusti Raden Mas Dorojatun wis jangkep kesepakatan karo Walanda sebagai kahanan dadi Raja, karo iki ngumumake Gusti Raden Mas Dorojatun dadi putra mahkota dan bakal dadi raja." Ucap Patih mengumumkan di depan seluruh rakyat.

       Gusti Raden Mas terduduk tenang menutup matanya sejenak lalu berdiri dan menyebar pandangannya, kini ia telah menjadi putra mahkota dengan gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibja Radja Putra Narendra Mataram yang kemudian dilajutkan penobatan beliau sebagai Raja dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kandjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga Ngabdurarrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah Kaping IX.Tak lama setelah penobatan semua rakyat bersorak menyambut raja baru.

" Hidup Sultan....hidup sultan....hidup sultan," rakyat bersorak

"Rakyat rakyatku, saya memang berpendidikan barat tapi pertama tama saya tetap orang Jawa,"ucap sang Sultan mengangkat tangannya pertanda semangat.

         Sang sultan menjalankan tugasnya dengan amanah dan penuh tanggung jawab, dan ketika Proklamasi Soekarno dan Moh.Hatta dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, Sang Sultan segera mengambil sikap.Dua hari setelah proklamasi beliau mengirimkan telegram ucapan selamat kepada proklamator.Dan dua minggu kemudian beliau bersama Paku Alam VIII, mengeluarkan maklumat bahwa daerah Yogyakarta adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia.

        Dengan maklumat tersebut kini Yogyakarta resmi memasuki abad modernnya, bukan lagi sebuah entitas negara sendiri tetapi  bagian dari negara Republik.Dan semua rakyatnya pun mendukung penuh langkah beliau yang dibuktikan dengan pengabdian yang total.

       Pada awal negara yang baru lahir ini menghadapi tekanan dari pemerintah kolonial yang datang kembali, beliau langsung mengundang para tokoh bangsa untuk pindah ke Yogyakarta.

" Bung, bagaimana jika Yogyakarta menjadi ibukota negara Republik?" tanya Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Bung Karno terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu.

" Tak khawatir, Yogyakarna siap menjadi ibukota negara.Dan semua pembiayaan sing aku yang ngurus," lanjut Sri Sultan.

         Akhirnya atas pernyataan beliau semua para tokoh bangsa menyetujui agar negara Republik tetap berdiri.Dukungan dari Sri Sultan begitu besar terlebih dukungan finansial.Beliau tidak pernah menghitung hitung apalagi meminta kembali harta keraton yang di berikan untuk negara Republik.

       Setelah 4 tahun menjadi ibukota negara kini Soekarno beserta seluruh jajaran staff kabinet Republik Indonesia harus kembali ke Jakrta, Sri Sultan menyampaikan pesan perpisahan dengan berat hati.

" Yogyakarta sudah tidak memiliki apa apa lagi, silahkan lanjutkan pemerintahan ini di Jakarta," ujar Sri Sultan.

         Demikian Sri Sultan menjalankan sabda pandita ratu nya, sesuai telegram yang beliau kirim dua hari setelah proklamasi.Beliau mengatakan bahwa sanggup berdiri di belakang pimpinan Paduka Yang Mulia.

          Ujung berakhirnya orde lama Soerharto mengambil alih kendali pemerintahan dan kepercayaan negara negara dunia kepada Indonesia sedang berada di titik terendah.Lalu Sri Sultan Hamengku Buwono IX pun mengingsingkan lengan bajunya dan berkeliling dunia untuk meyakinkan para pemimpin negara negara tetangga bahwa Indonesia masih ada dan beliau tetapbagian dari negara itu. Demikian kepercayaan internasional pela pelan terpulihkan kembali.

          Beliau masih terus menjabat berbagai jabatan di tiap periode hingga tahun 1973 meenjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang kedua kemudian pada tanggal 23 Maret 1978 beliau menyatakan mengundurkan diri.

Tok Tok Tok....

       Seseorang mengetuk pintu kamar Sultan,dulu yang berdiri paling terdepan membela Indonesia kini beliau terbaring tidak berdaya.Tepat pada tanggal 2 Okrober 1988 di bawah langit malam yang sejuk dan sunyi  beliau menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington University Medical Center di Amerika,

Brakkkkkk......

        Pohon beringin Kyai Wijayandaru yang di Alun Alun utara mendadak roboh seakan pertanda duka yang mendalam.Beliau kemudian dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja Raja di Imogiri, diiringi lautan massa yang ikut berduka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun