Mohon tunggu...
Destin Aryani XII MIPA 1
Destin Aryani XII MIPA 1 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - i'm anxiety for now

i'm believe Allah stay with me

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sri Sultan

22 November 2021   16:32 Diperbarui: 22 November 2021   16:42 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Nggih romo,tapi opo iki yang terbaik ?hapunteun romo," jawabnya.

"Dengan kowe disana,in Syaa Allah akan mendapatkan elmu yang bisa kowe pakai untuk memimpin rakyat kita nanti." Ayahanda menjelaskan.

            Kereta kuda dengan banyak tas tas besar berjalan meninggalkan Keraton Yogyakarta menuju negeri Walanda.

           Di Belanda beliau menyelesaikan Gymnasium,setelah itu melajutkan pendidikan di Rijkuniversitet di Leiden.Beliau mendalami ilmu hukum tata negara dan aktif mengikuti klub debat yang di pimpin oleh Profesor Schrieke. Pada masa pendidikan ini pula beliau berkenalan dan bersahabat dengan Putri Juliana yang kelak akan menjadi Ratu Belanda.

          Tahun 1939 Sultan Hamengku Buwono VIII mengirimkan surat kepada Gusti Raden Mas Dorojatun agar cepat kembali ke tanah air karena peta politik dunia bergerak cepat, tanda tanda meletusnya Perang Dunia II semakin jelas. Gusti Raden Mas Dorojatun kemudian berkemas atas perintah ayahandanya meskipun beliau belum menyelesaikan jenjang pendidikannya di Belanda.

       Suara alunan gamelan nan indah penari penari melenggak lenggok menabur bunga ke atas dengan langit bintang bintang dan semua rakyat menyambut kepulangan Gusti Raden Mas Dorojatun dengan meriah dan Sultan Hamengku Buwono VIII menyambut beliau di depan keraton.

        Setelah kepulangannya suasana keluarga di keraton semakin ramai dan harmonis, dengan jamuan bersama dan juga pesta rakyat yang di gelar.Sultan Hamengku Buwono VIII memanggil Gusti Raden Mas Dorojatun untuk menemuinya di suatu tempat.

      "Anakku, puniki keris Kyai Joko Piturun kagem panjenengan." Ucap Sultan Hamengku Buwono VIII menyerahkan atribut putra mahkota atau Kyai Joko Piturun. Gusti Raden Mas terdiam sejenak merasa tidak mampu berkata apa apa dengan yang ia lihat. Kemudian beliau memakai Kyai Joko Piturun dan berdiri di depan cermin melihat dirinya dari bawah sampe atas, tampak gagah dan tampan penerus tahta ini.

      Beberapa hari kemudian Sri Sultan Hamengku Buwono VIII meninggal dunia, semua rakyat dan keluarga keraton Yogyakarta sedih atas kepergian beliau. Tak lama ayahanda mangkat Gusti Raden Mas Dorojatun naik singgana sebagai calon raja baru, namun dalam perjalanannya tidak mudah.Dalam pertemuan itu semuanya berkumpul.

" Opo yang harus saya lakukan kagem jadi Sultan Hamengku Buwono IX?" tanya Gusti Raden Mas Dorojatun kepada penasehat Kasultanan.

" Nuwun sewu Raden Mas,sesuai dengan adat dari turun temurun, saben calon raja baru wonten Kasultanan Yogyakarta diharuskan untuk menandatangani kesepakatan bersama terlebih dahulu dengan Belanda," jawab penasehat Kasultanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun