[caption id="attachment_335365" align="aligncenter" width="300" caption="dok.baju adat Lampung"]
Selasa, 4 Februari 2014. Ternyata tak sekadar tasyakuran. Ada juga prasmanan, baju adat LAmpung dikenakan Nana-Kak Nashar. Widihhh.... Nana jadi ulun Lampung dia, hehe... Ada juga hiburan organ. Perjalanan ke Kota Agung membuat saya teler. Baru sampai di Pringsewu saja, sudah muntah-muntah, heheh... Mungkin karena kelelahan dan masuk angin juga usai resepsi Ahad kemarinnya.
Kamis, 6 Februari 2014, mungkin hari ini yang paling membuat saya terisak. Betapa tidak, Nana harus ikut Kak Nashar ke Ambon, Maluku. Kak Nashar mendapatkan penempatan dosen di sana, Universitas Pattimura. Kamis itu paling sendu. Kami sekeluarga mengantarkan Nana sampai di Stasiun Tanjungkarang. Mereka berdua menaiki Damri menuju Jakarta, barulah terbang dengan Lion Air menuju Ambon. Saya memeluknya. Sedih.
[caption id="attachment_335366" align="aligncenter" width="300" caption="dok.berpose di gong"]
Beberapa bulan kemudian, mendapatkan kabar kalau dirinya dan suami untuk sementara kembali ke Lampung sebelum menetap di Serang. Sebab Kak Nashar insyaaAllah mengajar di Untirta, Serang. Betapa senangnya saya. Hampir tiga bulan saya merinduinya. Hampir tiga bulan saya merasa sepi. Ehmm... apa karena sindrom saya masih sendiri juga ya, hehe.
Alhamdulillah, 1 Mei 2014, Nana dan Kak Nashar kembali ke Lampung. Tiba di rumah sekitar pukul 06.30 WIB. Senangnya saya. Kami dibawakan ikan asap dan saya dibelikannya cincin dari besi putih, langsung dibelinya di Ambon. Yuhuu... rindu saya terbayar bisa berjumpa dengannya lagi. Dan kini mereka untuk sementara tinggal di kontrakan di daerah Sultan Haji, Wayhalim. Meski pada akhirnya nanti harus berpisah kembali, saya akan nikmati kebersamaan ini. Semoga engkau dan suami selalu penuh keberkahan dalam lingkupan cinta-Nya. Doakan saya cepat menyusul. Hehe...
Ini catatan yang saya buat untuk Nana di hari miladnya hari ini genap 26 tahun. Barakallahfiiumurik, saudara kembarku. Selalu samarada dengan Kak Nashar. Menjadi istri sholihah dan penuh ketenagan hati. Semoga karunia Allah selalu melingkupi rumah tangga kalian, aamiin ya rahman ya rahiim. ^_^
Sungguh, pernikahan-pintu ketenangan jiwa sang lajang. Menggenapkan separuh diin, artinya usaha menenangkan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H