Mohon tunggu...
Desti Annor
Desti Annor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tidak ingin menjelaskan apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Love

Tentang Hati, Sebenarnya, Ini Rahasia

1 November 2024   20:14 Diperbarui: 1 November 2024   20:23 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Des, kriteria idaman kamu kayak gimana, sih? Kamu kan "kayak gini".

Saya masih ingat betul, teman kuliah saya, Ali namanya, waktu itu nanya di sela-sela jam santai kami menunggu jadwal kuliah berikutnya. Pertanyaan yang hanya saya respon dengan senyum datar.

Pertanyaan yang jujur saya pun nggak tahu jawabannya saat itu. Mungkin Ali merasa saya nggak mau jawab pertanyaan iseng dia. Atau dia merasa saya hanya menganggap pertanyaannya sekadar candaan belaka. Tapi jujur, Ali, saat itu saya pun nggak tahu mau jawab apa. Saya nggak tahu, laki-laki seperti apa yang saya inginkan.

Kalau boleh, saya mau cerita lebih panjang. Dikit.

Dulu waktu SMA, saya bilang sama Allah, kalau saya bertekad untuk tidak pacaran sampai lulus SMA. Alhamdulillah, Allah jaga saya. Saya terjaga dari orang yang beprotensi menjadi pacar dan menjadikan saya pacar. Pikir saya, selesai sudah ikrar saya, sebatas SMA.

Di bangku kuliah, saya kembali menanyakan hal itu. Apakah sekarang mau bertekad nggak pacaran lagi sampai lulus kuliah? Gumam saya dalam hati. Saya masih pikir-pikir. Sembari menikmati masa muda terindah, saat-saat jadi mahasiswa.

Tapi, pikir-pikir saya itu tidak berlangsung lama. Kali ini, Allah cepat menjawab. Tiba-tiba saja saya memutuskan gabung dalam komunitas agamis. Sebenarnya, saya lebih banyak bolosnya, tapi entah kenapa di beberapa pertemuan yang berhasil saya ikuti, pelan-pelan mengantar perubahan pola pikir saya. Tentang banyak hal. Tentang kehidupan. Dan, tentang urusan hati.

Saya akhirnya bisa menjawab pertanyaan yang kemarin-kemarin. Apakah saya mau bertekad lagi untuk tidak akan pacaran sampai lulus kuliah?

No!

Saya sudah dapat jawabannya! Bukan hanya sebatas sampai lulus kuliah, tapi selama belum sampai di pernikahan. Berusaha menjaga diri untuk tidak menjalin apa-apa sampai benar-benar menikah.

Ternyata, kemarin-kemarin saya keliru. Saya bertekad untuk tidak pacaran, padahal tidak pacaran itu bukan tekad, bukan prinsip. Kalau hanya sebatas prinsip dan tekad, itu hanya sebatas nantangin diri sendiri, mampu nggak? Tapi jauh lebih utama dari itu, menjaga diri dari hubungan selain pernikahan adalah perintah Tuhan. Mematuhi perintah Tuhan jauh lebih agung dari sekadar prinsip dan tekad.

Betapa bersyukur dijaga Allah dengan cara seperti ini. Perjalanan spiritual yang mengantar pada banyak hal-hal baik dalam hidup.

Sekarang, kalau Ali tanya lagi tentang pertanyaan yang dulu pernah dia tanya, setidaknya, sudah bisa menjawab. Sudah ada jawabannya. Ada korelasi antara kriteria yang diharapkan dengan perjalanan spiritual menjaga hati.

Dengan tidak pernah pacaran di masa muda, bukan berarti kita telah kehilangan masa-masa indah. Dengan tidak pacaran, bukan berarti kita kehilangan kesempatan mengenal lawan jenis bahkan yang berpotensi jadi jodoh di masa depan.

Tidak pacaran dan jodoh adalah dua hal berbeda.

Tidak pacaran, dalam rangka menjaga diri dan patuh pada Tuhan.

Sementara urusan jodoh, adalah perjuangan lain yang masih misteri. Misteri orangnya siapa, misteri waktunya kapan, misteri di mana dan bagaimana bertemu.

Tetapi yang saya yakini adalah, tidak mungkin Tuhan jodohkan hamba-Nya yang berusaha menjaga hati sejak masa remaja, memilih menarik diri dari dunia percintaan yang salah demi Tuhan, dengan seseorang yang mengecewakan.

Bukankah balasan dari kebaikan adalah kebaikan pula?

Bahkan tidak peduli, bila balasan akan kebaikan itu butuh waktu yang lebih lama.

Sungguh tidak apa!

Wallahu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun