Ternyata, kemarin-kemarin saya keliru. Saya bertekad untuk tidak pacaran, padahal tidak pacaran itu bukan tekad, bukan prinsip. Kalau hanya sebatas prinsip dan tekad, itu hanya sebatas nantangin diri sendiri, mampu nggak? Tapi jauh lebih utama dari itu, menjaga diri dari hubungan selain pernikahan adalah perintah Tuhan. Mematuhi perintah Tuhan jauh lebih agung dari sekadar prinsip dan tekad.
Betapa bersyukur dijaga Allah dengan cara seperti ini. Perjalanan spiritual yang mengantar pada banyak hal-hal baik dalam hidup.
Sekarang, kalau Ali tanya lagi tentang pertanyaan yang dulu pernah dia tanya, setidaknya, sudah bisa menjawab. Sudah ada jawabannya. Ada korelasi antara kriteria yang diharapkan dengan perjalanan spiritual menjaga hati.
Dengan tidak pernah pacaran di masa muda, bukan berarti kita telah kehilangan masa-masa indah. Dengan tidak pacaran, bukan berarti kita kehilangan kesempatan mengenal lawan jenis bahkan yang berpotensi jadi jodoh di masa depan.
Tidak pacaran dan jodoh adalah dua hal berbeda.
Tidak pacaran, dalam rangka menjaga diri dan patuh pada Tuhan.
Sementara urusan jodoh, adalah perjuangan lain yang masih misteri. Misteri orangnya siapa, misteri waktunya kapan, misteri di mana dan bagaimana bertemu.
Tetapi yang saya yakini adalah, tidak mungkin Tuhan jodohkan hamba-Nya yang berusaha menjaga hati sejak masa remaja, memilih menarik diri dari dunia percintaan yang salah demi Tuhan, dengan seseorang yang mengecewakan.
Bukankah balasan dari kebaikan adalah kebaikan pula?
Bahkan tidak peduli, bila balasan akan kebaikan itu butuh waktu yang lebih lama.
Sungguh tidak apa!