Mengapa ada orang yang pamer dengan kekayaan milik mereka? Sombong? Sensasi? atau memang terdapat hal lain yang mendorong orang tersebut untuk melakukannya. Tentunya terkait dengan aksi tersebut menjadikan pro dan kontra dalam pandangan yang bergulir di tengah-tengah masyarakat hingga saat ini.
Aksi pamer kekayaan adalah fenomena sosial yang sangat umum terjadi di masyarakat. Ada banyak individu yang menganggap bahwa menunjukkan kekayaan mereka adalah cara yang efektif untuk menunjukkan status sosial dan kesuksesan mereka. Namun, aksi pamer kekayaan sering kali menimbulkan pertanyaan tentang moralitas dan etika. Kali ini, kita akan membahas beberapa perspektif filosofis tentang aksi pamer kekayaan yang sering terjadi.
Pertama-tama, aksi pamer kekayaan bisa dilihat dari perspektif utilitarianisme ( teori Jeremy Bentham ). Perspektif utilitarianisme ini menekankan pada kebahagiaan dan kesejahteraan sebanyak mungkin bagi banyak orang. Dalam konteks ini, aksi pamer kekayaan bisa dianggap sebagai perilaku yang tidak baik karena tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Malah, tindakan tersebut bisa memicu rasa iri dan tidak puas pada orang lain. Dalam hal ini, utilitarianisme menekankan pada pentingnya menghindari tindakan yang merugikan orang lain.
Perspektif kedua yang bisa digunakan untuk melihat aksi pamer kekayaan adalah kantianisme ( teori Immanuel Kant ). Kantianisme menekankan pada pentingnya menghargai martabat manusia dan tidak memperlakukan manusia sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam konteks ini, aksi pamer kekayaan bisa dianggap sebagai perilaku yang merendahkan martabat manusia karena menunjukkan bahwa seseorang merasa lebih baik dari yang lain karena memiliki lebih banyak uang. Menurut pandangan ini, tindakan tersebut juga dapat dianggap sebagai penggunaan orang lain untuk memperkuat rasa ego.
Perspektif ketiga yang bisa digunakan untuk melihat aksi pamer kekayaan adalah etika kebajikan. Etika kebajikan menekankan pada pentingnya mengembangkan karakter yang baik dan melakukan tindakan yang benar. Dalam konteks ini, aksi pamer kekayaan bisa dianggap sebagai perilaku yang tidak baik karena tidak mencerminkan karakter yang baik. Sebaliknya, seseorang yang memiliki karakter yang baik akan berusaha untuk menghindari perilaku yang merendahkan martabat orang lain.
Aksi pamer kekayaan bisa dilihat dari berbagai perspektif filosofis. Namun, secara umum, perilaku tersebut bisa dianggap sebagai tidak etis karena tidak memberikan manfaat bagi masyarakat dan bahkan dapat menimbulkan nilai untuk merendahkan martabat manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk berpikir secara kritis tentang tindakan kita dan mempertimbangkan dampaknya pada orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.
Aristotle menyatakan bahwa kekayaan hanya penting sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar. Menurutnya, kekayaan tidak memiliki nilai intrinsik, dan pemilik kekayaan hanya akan bahagia jika mereka menggunakan kekayaan mereka untuk tujuan yang benar.
Jean-Jacques Rousseau membahas tentang kekayaan dan masyarakat dalam karyanya, "The Social Contract", th.1762. Menurutnya, kekayaan tidak hanya membawa manfaat bagi individu, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini, aksi pamer kekayaan dianggap sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dari kontrak sosial. Karena kontrak sosial nantinya akan melahirkan rasa persamaan, persaudaraan, dan senasib-sepenanggungan.Â
Dengan adanya aksi pamer kekayaan ini akan menciptakan jurang kesenjangan dalam kehidupan bersosial. Marx membahas tentang kekayaan dan kapitalisme dalam teorinya. Menurutnya, kekayaan dan penghasilan harus didistribusikan secara adil dan merata di antara seluruh anggota masyarakat. Dalam konteks ini, aksi pamer kekayaan dianggap sebagai perilaku yang tidak pantas, karena menunjukkan ketidakpedulian terhadap kesenjangan sosial dan ketimpangan distribusi kekayaan.
Psy war atau perang psikologis adalah upaya untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku orang lain melalui penggunaan teknik-teknik psikologis. Pamer kekayaan, di sisi lain, adalah tindakan memamerkan kekayaan atau aset material yang dimiliki seseorang.
Dalam konteks ini, pamer kekayaan dapat dianggap sebagai bagian dari upaya psy war karena tindakan tersebut dapat mempengaruhi opini publik dan perilaku orang lain. Misalnya, seseorang yang memamerkan kekayaannya melalui media sosial atau dalam kehidupan sehari-hari mungkin ingin menunjukkan bahwa dia memiliki status yang tinggi, sukses, dan layak dihormati. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi orang lain tentang dirinya dan mengubah perilaku mereka dalam hubungan sosial.
Dari perspektif psikologi, tindakan pamer kekayaan dapat dipandang sebagai upaya untuk memperoleh pengakuan dan validasi dari orang lain. Individu yang melakukan pamer kekayaan mungkin memiliki kebutuhan untuk dipandang positif oleh orang lain dan merasa diakui oleh lingkungan sosialnya. Namun, kebutuhan akan pengakuan dan validasi ini dapat menjadi kurang sehat jika menjadi kecanduan dan mengarah pada perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Selain itu, tindakan pamer kekayaan juga dapat memicu perasaan iri dan tidak puas pada orang lain yang tidak memiliki kekayaan yang sama. Hal ini dapat memicu konflik dan merusak hubungan sosial, serta meningkatkan tingkat ketidaksetaraan dan kesenjangan sosial.
Dalam kesimpulannya, tindakan pamer kekayaan dapat memiliki dampak psikologis pada individu dan masyarakat secara keseluruhan, terutama dalam konteks psy war. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memahami motivasi di balik perilaku mereka dan mempertimbangkan dampaknya. Dan aksi pamer kekayaan dengan perspektif ini tidak dapat memberikan manfaat dan aksi pamer kekayaan seharusnya tidak perlu dipertontonkan kepada umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H