Dalam konteks ini, pamer kekayaan dapat dianggap sebagai bagian dari upaya psy war karena tindakan tersebut dapat mempengaruhi opini publik dan perilaku orang lain. Misalnya, seseorang yang memamerkan kekayaannya melalui media sosial atau dalam kehidupan sehari-hari mungkin ingin menunjukkan bahwa dia memiliki status yang tinggi, sukses, dan layak dihormati. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi orang lain tentang dirinya dan mengubah perilaku mereka dalam hubungan sosial.
Dari perspektif psikologi, tindakan pamer kekayaan dapat dipandang sebagai upaya untuk memperoleh pengakuan dan validasi dari orang lain. Individu yang melakukan pamer kekayaan mungkin memiliki kebutuhan untuk dipandang positif oleh orang lain dan merasa diakui oleh lingkungan sosialnya. Namun, kebutuhan akan pengakuan dan validasi ini dapat menjadi kurang sehat jika menjadi kecanduan dan mengarah pada perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Selain itu, tindakan pamer kekayaan juga dapat memicu perasaan iri dan tidak puas pada orang lain yang tidak memiliki kekayaan yang sama. Hal ini dapat memicu konflik dan merusak hubungan sosial, serta meningkatkan tingkat ketidaksetaraan dan kesenjangan sosial.
Dalam kesimpulannya, tindakan pamer kekayaan dapat memiliki dampak psikologis pada individu dan masyarakat secara keseluruhan, terutama dalam konteks psy war. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memahami motivasi di balik perilaku mereka dan mempertimbangkan dampaknya. Dan aksi pamer kekayaan dengan perspektif ini tidak dapat memberikan manfaat dan aksi pamer kekayaan seharusnya tidak perlu dipertontonkan kepada umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H