Mohon tunggu...
Dessy Yasmita
Dessy Yasmita Mohon Tunggu... Desainer - valar morghulis

If you want to be a good author, study Game of Thrones.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Di Bukit Ada Kunang-kunang Terbakar

25 Juli 2020   11:34 Diperbarui: 27 Juli 2020   16:21 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu dia hanya ingin menaklukkan gadis yang superpendiam itu. Dulu dia hanya ingin bersenang-senang. Pacaran itu bersenang-senang, kan? Sekarang dia terjebak bersamanya. Coba saja mereka tidak pernah pacaran, pemandangan laknat tadi tidak perlu dilihatnya.

"Jangan ceritakan pada siapa pun." Begitu kalimat pertamanya sebelum mobil berhenti untuk mengisi bensin.
"Kenapa?"
"Kau gila? Kita bakal dituduh pembunuh!"
"Tapi ..."
"Belilah makanan," potongnya, "yang banyak. Kita harus ke luar kota."

Sang gadis tampak ingin membantah, tetapi urung. Tanpa banyak bicara dia pergi ke minimarket.

Saat melanjutkan perjalanan, tak ada percakapan maupun musik. Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Si pria tanggung semakin menyesal telah memacari gadis di sampingnya. Pergi berdua lebih menyulitkan. Dia tak mungkin membunuh pacarnya dan meninggalkan lebih banyak jejak. Dia juga tahu, dia tak ingin bertanggung jawab atas gadis itu. 

Hari sudah pagi ketika mereka tiba di kota kecil berikutnya. Lagi-lagi mereka berhenti di pom bensin, menumpang kencing. Ketika dia kembali dari toilet, si gadis belum kelihatan. Perempuan selalu lama. Gadis ini pun selalu lama di toilet. Selama ini dia pura-pura saja sabar menunggu. Sekarang tidak. Dia menyalakan mobil. Jarinya sibuk mengetuk setir. Tak tahan, dia keluar menuju toilet perempuan. "Rin! Masih lama?"

"Tunggu."

Dengan kesal dia kembali ke mobil. Satu menit. Dia bersumpah menunggu semenit. Dia tak tahu kalau pacarnya saat itu sedang menelepon ibunya. Namun, semacam dorongan liar membuatnya mengambil keputusan. Dia tidak akan menunggu lagi. 

Mobilnya perlahan-lahan meninggalkan pom bensin.

SELESAI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun