Mohon tunggu...
Dessy Yasmita
Dessy Yasmita Mohon Tunggu... Desainer - valar morghulis

If you want to be a good author, study Game of Thrones.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orbit

3 Januari 2019   21:45 Diperbarui: 4 Januari 2019   18:43 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Embusan demi embusan menutupi wajahnya sebelum lenyap dalam udara. Dalam kompartemen bebas rokok ini, beberapa orang duduk di kursi masing-masing. Jendela-jendela berpenghuni terbuka. Jam segini memang sepi penumpang. Seorang perempuan berjalan agak terhuyung, seirama gerak kereta. Di tangan kanannya ada botol minuman. Ia segera duduk di seberang si perokok.Pria itu hanya melihat sekilas, fokusnya malah pada botol minuman si perempuan. Kopi botolan. Sambil mengisap rokoknya kembali, pria itu kemudian mengalihkan tatapan.

"Dua puluh menit lagi." Ia mendengar suara. Ketika menoleh, perempuan di seberangnya tersenyum.

"Apa harapanmu?"

Si pria bersandar, berpikir. Ia tak pernah begitu peduli selama ini. Baginya, hidup adalah soal hari ini. Ia memiringkan sedikit badannya, menatap perempuan di seberangnya. Rambutnya ikal, lipstiknya merah menyala. "Tidak ada," jawabnya.

"Sayang sekali." Si perempuan menjawab dengan nada simpati.

"Kau sendiri?"

Perempuan itu tersenyum samar. "Aku ingin mengelilinginya sekali lagi, dan lagi, dan lagi." Tatapannya entah ke mana.

Perempuan kasmaran, pikir si pria.

"Aku mencintainya, kau tahu, tapi aku juga mencintaimu."

"Apa?"

Perempuan itu tertawa. "Kau terlalu sibuk dengan dirimu. Kau tak pernah memperhatikanku. Mungkin aku terlalu kecil dari jarakmu. Jadi, sesekali kita bisa sedekat ini, luar biasa," katanya riang.

"Aku tak paham."

Namun, si perempuan tak menggubris dan terus bicara. "Atau kau sibuk mengurus adik-adikmu. Berapa? Tiga puluh dua?"

"Tujuh puluh sembilan." Yang bisa kau lihat, sambungnya dalam hati.

"Oh, ya, ya." Perempuan itu tertawa sejenak lalu diam menatap si pria. "Aku harus bergerak lagi," katanya sambil bangkit. Ia meneruskan, "Karena butuh 365.24 hari aku mengelilinginya dan hari ini genap satu kali putaran."

Kalimat itu memberi ingatan samar pada si pria. Ia mengernyit, mencoba ingat, tetapi gagal. "Siapa namamu?"

Si perempuan membelalak lalu tersenyum. "Bumi." Ia menatap si pria beberapa saat sebelum pergi. "Sampai bertemu lagi."

"Sampai bertemu lagi."

Bumi berlalu, kembali terayun-ayun. Si pria kembali sibuk dalam pikirannya.

"Jup."

Suara Bumi terdengar. Ia berdiri tak jauh dari bangku si pria.

Bumi membungkuk, membuat wajahnya sejajar dengan wajah pria di depannya. "Terima kasih untuk melindungiku selama ini. Tanpamu, aku pasti sudah hancur dilempari kerikil."

Si pria buka mulut ingin bicara, tetapi pengumuman perhentian kereta membatalkannya.

Bumi menegakkan tubuh, mengangguk. "Jupiter."

"Bumi." Si pria balas mengangguk.

Bumi benar-benar pergi. Kali ini tidak menoleh.

Jupiter kembali termenung setelah Bumi tak terlihat, kemudian bergumam, "Empat ribu tiga ratus tiga puluh koma enam. Itu waktuku mengitari kekasihmu." Ia tersenyum tipis, sedikit miris. "Dan kau bilang kau mencintaiku? Aku bahkan tak bisa mengingatmu, tapi anehnya aku tetap ingat untuk mengemban tugas dari kekasihmu. Nasib satpam." Ia mengeluarkan rokok baru, menyulut, mengisap, lalu mengembusnya pelan-pelan. Sepintas asapnya berputar-putar seperti badai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun