"Aku tak paham."
Namun, si perempuan tak menggubris dan terus bicara. "Atau kau sibuk mengurus adik-adikmu. Berapa? Tiga puluh dua?"
"Tujuh puluh sembilan." Yang bisa kau lihat, sambungnya dalam hati.
"Oh, ya, ya." Perempuan itu tertawa sejenak lalu diam menatap si pria. "Aku harus bergerak lagi," katanya sambil bangkit. Ia meneruskan, "Karena butuh 365.24 hari aku mengelilinginya dan hari ini genap satu kali putaran."
Kalimat itu memberi ingatan samar pada si pria. Ia mengernyit, mencoba ingat, tetapi gagal. "Siapa namamu?"
Si perempuan membelalak lalu tersenyum. "Bumi." Ia menatap si pria beberapa saat sebelum pergi. "Sampai bertemu lagi."
"Sampai bertemu lagi."
Bumi berlalu, kembali terayun-ayun. Si pria kembali sibuk dalam pikirannya.
"Jup."
Suara Bumi terdengar. Ia berdiri tak jauh dari bangku si pria.
Bumi membungkuk, membuat wajahnya sejajar dengan wajah pria di depannya. "Terima kasih untuk melindungiku selama ini. Tanpamu, aku pasti sudah hancur dilempari kerikil."