Penulis:
dr. Dessy Suci Rachmawati
dr. Lily Indriani Octovia, MT, M. Gizi, Sp. GK(K)
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Gizi Klinik FKUI
Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM
Ginjal merupakan organ penting pada tubuh manusia yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, produksi sel darah merah, keseimbangan cairan dan elektrolit, pengeluaran hormon, serta pembuangan zat sisa metabolisme dan senyawa kimia tubuh. Begitu banyak peran ginjal yang sangat dibutuhkan bagi tubuh kita, sehingga kita harus menjaga supaya ginjal kita tetap berfungsi dengan baik.
Salah satu penyebab penurunan fungsi ginjal adalah penyakit gagal ginjal kronik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa batu ginjal menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit gagal ginjal kronik. Angka kejadian batu ginjal, baik di dalam maupun luar negeri terbilang cukup tinggi. Dari berbagai negara di dunia, angka kejadian batu ginjal berkisar 5-10%. Berdasarkan data terbaru menunjukkan satu dari 11 orang di Amerika Serikat mengalami batu ginjal. Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, batu ginjal menempati urutan ke-11 untuk penyakit tidak menular. Pasien yang terdiagnosis batu ginjal melalui wawancara medis dengan dokter ditemukan sebanyak 0,6%.
Jenis batu ginjal yang paling sering terjadi adalah batu kalsium, batu struvit, dan batu asam urat. Batu kalsium merupakan jenis batu ginjal yang paling umum terjadi dengan angka kejadian sebesar 70-85%. Batu kalsium dapat diakibatkan oleh hiperkalsiuria, yaitu kadar kalsium pada air seni yang melebihi normal. Hiperkalsiuria merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pembentukan batu kalsium, terutama kalsium oksalat. Meskipun faktor risiko hiperkalsiuria masih belum diketahui secara pasti, namun faktor genetik dan diet diketahui berperan dalam terjadinya hiperkalsiuria.
Makanan dengan kandungan tinggi oksalat menjadi pemicu terjadinya hiperkalsuria yang selanjutnya dapat menyebabkan pembentukan batu kalsium oksalat. Contoh makanan yang memiliki kandungan tinggi oksalat adalah bayam, kentang, sereal gandum utuh, dan kacang almond.
Selain makanan yang mengandung tinggi oksalat, pembentukan batu kalsium oksalat juga dapat terjadi akibat makanan tinggi natrium yang menyebabkan pengeluaran kalsium di air seni meningkat. Makanan tinggi natrium didapatkan pada makanan kemasan atau yang diawetkan, keju, serta kecap. Dengan demikian, penggunaan garam harus dibatasi, yaitu kurang dari 5 gram atau satu sendok teh per hari.
Makanan tinggi asam urat juga ternyata diketahui dapat menjadi faktor risiko terbentuknya batu ginjal. Beberapa contoh makanan dengan kandungan asam urat tinggi ditemukan pada daging sapi, daging babi, daging ayam, atau kerang.
Selain itu, konsumsi sayur dan buah-buahan, serta minum cukup air juga dapat membantu menurunkan risiko terbentuknya batu ginjal. Sayur dan buah memiliki kandungan sitrat yang dapat mengurangi keasaman air seni, sehingga dapat menurunkan risiko terbentuknya batu kalsium pada ginjal. Minum cukup air minimal 2 liter per hari juga dapat menurunkan risiko terbentuknya batu ginjal dengan cara mengencerkan kepekatan dan menurunkan keasaman air seni, serta menghilangkan kelebihan garam.
Berdasarkan beberapa hal yang telah disampaikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan jenis makanan menjadi salah satu faktor risiko terbentuknya batu ginjal. Pengaturan makan untuk mencegah terbentuknya batu ginjal adalah dengan membatasi asupan makanan yang mengandung tinggi oksalat, tinggi natrium, dan tinggi asam urat. Perlu diingat bahwa penting juga untuk konsumsi diet gizi seimbang, dengan memperhatikan kecukupan jumlah kalori, protein, lemak, dan karbohidrat yang baik, serta konsumsi sayur dan buah-buahan, untuk menjaga kesehatan tubuh. Selain itu, tidak lupa untuk minum yang cukup dan olahraga secara teratur.
Daftar referensi:
- Hall, John E. 2015. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Guyton Physiology. London, England: W B Saunders.
- Chuang TF, Hung HC, Li SF, Lee MW, Pai JY, Hung CT. Risk of chronic kidney disease in patients with kidney stones-a nationwide cohort study. BMC Nephrol. 2020;21(1):292.
- Keddis MT, Rule AD. Nephrolithiasis and loss of kidney function. Curr Opin Nephrol Hypertens. 2013 Jul;22(4):390-6.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Diunduh dari: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf (diakses 23 Juni 2022)
- National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Definition & Facts for Kidney Stones. 2017. Diunduh dari: https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-diseases/kidney-stones/definition-facts#type (diakses 1 Juli 2022)
- Sorokin I, Pearle MS. Medical therapy for nephrolithiasis: State of the art. Asian J Urol. 2018 Oct;5(4):243-255.
- Ferraro PM, Bargagli M, Trinchieri A, Gambaro G. Risk of Kidney Stones: Influence of Dietary Factors, Dietary Patterns, and Vegetarian-Vegan Diets.
- Xu C, Zhang C, Wang XL, et al. Self-Fluid Management in Prevention of Kidney Stones: A PRISMA-Compliant Systematic Review and Dose-Response Meta-Analysis of Observational Studies. Medicine (Baltimore). 2015;94(27):e1042.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H