Mohon tunggu...
Dessy Liestiyani
Dessy Liestiyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film

menggemari literasi terutama yang terkait bidang pariwisata, perhotelan, catatan perjalanan, serta hiburan seperti musik, film, atau televisi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Ampiang Dadiah, Alternatif Rasa Pecinta Yoghurt

17 Juli 2024   09:40 Diperbarui: 22 Juli 2024   15:39 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai hidangan, ampiang dadiah dikonsumsi dengan siraman kuah gula aren yang cukup banyak. Ada juga yang suka menambahkan parutan kelapa, serta serutan es. Saranku, seporsi ampiang dadiah sebaiknya dicampur terlebih dahulu secara merata, baru dimakan. Hal ini untuk mendapatkan kombinasi rasa asam dan manis yang tepat, serta mengurangi aroma khas dadiah.

Aroma dadiah yang cenderung kuat sebenarnya membuatku kurang bisa menikmati hidangan ini. Tapi bagi penggemar yoghurt, makanan ini sebenarnya bisa jadi alternatif cemilan karena rasanya yang berbeda. Dadiah sendiri selain diolah menjadi hidangan manis seperti ini, ternyata juga dikonsumsi sebagai samba (lauk, artinya dalam bahasa Minang). Ya, beberapa kalangan mengkonsumsi dadiah dengan nasi, bawang, dan sambal. Nah, unik kan.

Pengalaman Mencicipi Ampiang Dadiah

Aku teringat kala pertama memesan ampiang dadiah ini. Entah mengapa, melihat penampilannya dalam mangkuk yang penuh kuah coklat itu justru membuatku membayangkan hidangan seperti soto, sup, atau bahkan semangkuk rawon di hadapanku. Lidahku seperti mengecap rasa asin-gurih itu, walaupun aku belum pernah sekalipun mencicipinya. Bisa jadi karena sebelumnya aku hanya mengenal soto padang sebagai hidangan berkuah khas Sumatera Barat.

Tanpa ragu, aku pun memesan nasi putih pada sang uda (panggilan untuk abang di Sumatera Barat), pelayan di restoran yang melayaniku saat itu. Aku ingat, sang uda saat itu hanya tertegun, dan meninggalkanku begitu saja! Loh, kok di-cuek-in? Aku salah apa? Sambil bersungut-sungut, aku kemudian memulai saja ritual mencicipi ampiang dadiah itu.

Tentu saja, pada akhirnya aku pun menemukan jawabannya mengapa sang uda seperti mengabaikan pesananku. Lah hidangan manis begini masa dimakan pakai nasi? Kebetulan pula, hidangan ampiang dadiah-ku saat itu tidak ditambahkan serutan es batu.

Ceritaku yang ingin makan ampiang dadiah pakai nasi ini pun kemudian menjadi hiburan di keluarga suamiku, dari dulu sampai sekarang. Kalian yang ingin mencoba ampiang dadiah ini, jangan sok tahu terus mau pesan nasi seperti aku dulu ya. Hihihi.

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun